Ambon, 30/1 (Antara Maluku) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan guru adalah pilar kemajuan pendidikan di Indonesia, dan Maluku yang aman dan damai merupakan salah satu tanda keberhasilannya.
"Hasil pendidikan dapat dilihat dari potret wajah masyarakatnya. Pendidikan dapat diperoleh di rumah dan sekolah. Angka-angka kinerja pendidikan bisa digunakan untuk memproyeksikan pendidikan masa depan," kata Menteri Anies, dalam sambutan pada Pembukaan Konferensi Kerja Nasional III PGRI Masa Bakti XXI Tahun 2016, di Ambon, Jumat (29/1) malam.
Menurut dia, potret masyarakat hari ini, adalah potret pendidikan di masa lalu.
Republik ini didirikan oleh kaum terdidik. Mereka mengenyam pendidikan di saat 95 persen masyarakatnya buta huruf. Tetapi mereka tidak berkeluh kesah, tidak merasa takut dan khawatir.
"Para kaum terdidik itu mengirim pesan, bahwa bangsa ini belum sejahtera, belum makmur dan belum mengenal huruf, dan kita sekarang yang terlibat dalam membangun bangsa Indonesia perlu mengubahnya seperti dicita-citakan dalam konstitusi," katanya.
Menteri Anies mengakui, para pemimpin republik ini adalah pendidik yang barawal dari seorang guru. Mereka sebagai pejuang dibuang dan diasingkan ke daerah-daerah terisolasi, tetapi mereka tetap mengajar.
"Pendidik memang seorang pemimpin, dan setiap pemimpin pasti hadir untuk membagikan visinya sebagai proses pendidikan. Karena itu, tanggungjawab yang dimiliki oleh guru sangat luar biasa besar, karena dia hadir untuk mendorong percaya diri bangsa," ujarnya.
Bayangkan, kata dia, jika dahulu Bung Karno berbicara sesuai kenyataan dan tidak mengirim pesan positif, habislah nasib bangsa ini.
"Bung Karno mengatakan, berikan saya 10 pemuda dan saya akan guncang dunia, padahal dalam statistik saat itu mengatakan bahwa 9 dari 10 pemuda buta huruf. Indonesia hari ini, menghadapi banyak masalah, tetapi masalah kita hari ini jauh lebih sederhana dibandingkan dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh para pendiri republik ini," katanya.
Karena itu, harus mengembalikan perasaan memiliki masalah, perasaan ikut menyelesaikan masalah, perasaan datang untuk kontribusi.
"Sikap mentalnya adalah, kami datang untuk kontribusi dan kami datang untuk mengubah," tandasnya.
PGRI, kata dia, adalah organisasi yang hadir di saat republik ini ibarat masih jabang bayi. PGRI saat itu mulai bergerak, mereka yang tergabung adalah orang-orang yang mencerdaskan dan mengubah di masa itu.
Karena itu, guru yang tergabung dalam PGRI mempunyai tanggungjawab moral yang sangat tinggi, karena tidak sekedar organisasi profesi biasa, tetapi organisasi yang hadir disaat republik ini sedang mulai berjalan.
"Hadir untuk menjalankan dan salah satu yang dijanjikan paling fundamental adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Saya berharap sekali, Konkernas III PGRI benar-benar bisa memfokuskan pada agenda-agenda yang penting," pinta Menteri Anies.
Menurut dia, salah satu tantangan organisasi yang sudah berusia lama, adalah memiliki masa lalu yang panjang dan kecenderungannya organisasi yang lama, membicarakan masalah lalu. PGRI memiliki masa lalu yang gemilang.
Sekarang giliran membicarakan masa depan dan menulis masa depan yang bakal gemilang dengan masa lalu PGRI, ini tanggungjawab ke depan.
"Saya mengapresiasi, bahwa tujuan Konkernas III PGRI menjadikan pendidikan bermutu. Pendidikan bermutu kita harus dorong bersama-sama. Mengapa ini penting?, karena kalau kita hanya melihat dari konstitusi, peraturan yang mengatakan bermutu tetapi mutunya seberapa tinggi tidak ditulis," katanya.
Mendikbud: Guru Pilar Kemajuan Pendidikan
Sabtu, 30 Januari 2016 19:22 WIB