Nama Pulau Christmas yang bisa juga dipanggil Pulau Natal, kembali mengemuka setelah terjadinya musibah kapal pembawa pengungsi imigran gelap asal Irak dan Libanon tenggelam di Pantai Cikole, Desa Sinar Laut, Kecamatan Agrabinta, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada Jumat (27/9) yang hingga kini telah menelan 41 tewas.
Pulau tersebut diduga menjadi pulau pengharapan bagi imigran yang hendak mencari penghidupan layak, dan mereka pun rela harus menantang maut dengan mengarungi Samudera Hindia yang terkenal dengan keganasannya itu, setelah sebelumnya diduga transit di Jakarta.
Bagi sebagian masyarakat yang tinggal di pesisir Jawa Barat bagian selatan, nama pulau yang memiliki luas 135 kilometer persegi tidaklah begitu dikenal namun pasca kejadian tersebut tidak sedikit yang bertanya-tanya apakah benar Pulau Natal dekat dengan tempat tinggalnya.
Bahkan ada pertanyaan, kalau sedemikian dekat tentunya bisa melihat kelap kelip lampunya?. "Jadi penasaran juga akan Pulau Christmas," kata Asep, salah seorang warga Pagelaran, Cianjur bagian Selatan yang sekitar dua jam lagi untuk mencapai pantai di Agrabinta.
Pernyataan itu disampaikan pada Lebaran kemarin, setelah mereka mengetahui akan peristiwa pada 24 Juli 2013 ketika kapal pengangkut sebanyak 204 imigran gelap tenggelam di Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, hingga menewaskan sebanyak 18 orang. Bahkan Polda Jawa Barat juga menetapkan empat tersangka terkait kejadian tersebut.
Tentunya dengan peristiwa susulan karamnya kapal pembawa pengungsi itu pada akhir pekan lalu, menambah rasa penasaran warga mengingat saat ini informasi sudah sedemikian mudah diperoleh baik dari televisi maupun media online. Perkataan itu benar-benar polos dan mereka menganggap bisa saja ikut perahu nelayan untuk mencapai pulau itu dan tanpa mengetahui jika Pulau Christmas itu masuk teritorial Australia.
Memang benar Pulau Christmas itu sangat dekat jaraknya dari Agrabinta, Kabupaten Cianjur jika ditarik garis lurus hanya 200 mil laut atau setara 260 kilometer, atau dari Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi 360 kilometer.
Jika dilogikakan, jarak Agrabinta ke Kota Cianjur saja 130 kilometer berarti bisa dikatakan jarak Agrabinta ke Pulau Christmas itu dua kali jarak Agrabinta-Cianjur. Sedemikian dekat kan?.
Sedangkan jarak Pulau Christmas dari pusat pemerintahannya, Australia mencapai 2.600 kilometer atau 1.600 mil. Dengan alasan jaraknya yang teramat dekat itu dari Pulau Jawa, maka banyak pengungsi dan imigran gelap menargetkan mencapai pulau tersebut tidak peduli dengan bahaya gelombang lautnya yang luar biasa itu asalkan mereka bisa masuk ke wilayah teritorial negara tetangga Indonesia tersebut.
Meski secara jarak lokasi pulau itu lebih dekat ke Pulau Jawa, namun keberadaannya menjadi milik Australia.
Untuk mencapai pulau itu, bisa juga melalui pesawat terbang, seperti maskapai Virgin Australia dan Christmas Island Air dioperasikan oleh Firefly. Maskapai penerbangan terakhir itu merupakan penerbangan sewaan dari Kuala Lumpur, Malaysia.
Laman Wikipedia menyebutkan pulau tersebut dihuni oleh 1.402 warga yang tersebar di sejumlah kawasan pemukiman seperti di ujung utara pulau, Flying Fish Cove atau kampung, Kota Perak, Poon San dan Drumsite.
Karena lokasinya yang benar-benar di tengah-tengah Samudera Hindia itu, semula keberadaanya sangat sulit dijangkau hingga secara tidak langsung flora dan fauna endemiknya tidak terganggu.
Melalui laman itu juga disebutkan, semula penduduk pulau itu adalah bangsa Melayu atau Indonesia yang umumnya adalah orang Bugis ---seperti diketahui, dahulunya orang Bugis sering mencari nafkah dengan berlayar sangat jauh---hingga akhirnya mereka menetap di satu lokasi.
Warga keturunan Tionghoa juga ada di pulau tersebut dan keberadaannya memang dahulunya sengaja didatangkan dari Malaysia dan Singapura untuk dipekerjakan di pertambangan fosfat.
Selain itu, Pulau Christmas juga dihuni oleh sekitar 30 juta kepiting merah, kepiting itu leluasa berjalan-jalan di kawasan pemukiman penduduk bahkan sampai di jalan raya hingga menambah keunikan pulau tersebut.
Pulau Christmas Pulau "Selemparan Batu"
Rabu, 2 Oktober 2013 5:45 WIB