Permintaan Kerajinan Alifuru Meningkat
Jumat, 14 Mei 2010 18:43 WIB
Produksi kerajinan khas Maluku yang dikerjakan masyarakat Alifuru (suku terasing di negeri seribu pulau ini) seperti tas kewano atau kewang, anak panah dan busurnya, meningkat.
"Jumlah pesanan saya tingkatkan tetapi disesuaikan dengan kemampuan perajin, karena mereka baru dapat mengerjakan kerajinan yang dipesan bila telah selesai berkebun," kata seorang pedagang kerajinan aksesoris dan bunga khas Maluku, Aziz, kepada ANTARA di Ambon, Jumat.
Menurut Aziz, ia biasanya hanya memesan 20-30 buah tas kewang sebulan, tetapi kini 50 buah.
"Tapi tas-tas itu jarang terpajang di kios saya. Biasanya begitu dikirim dari perajin di Pulau Seram, langsung diborong seorang pelanggan saya untuk didistribusikan ke Belanda," katanya.
Ia juga mengatakan, harga jual tas kewang yang terbuat dari pelepah pohon sagu akan dinaikkan dari Rp45.000-Rp50.000 per buah menjadi Rp70.000-Rp75.000 per buah, karena harga beli dari perajinnya juga naik.
Pernak-pernik dan aksesoris khas Maluku yang sudah ditekuni Aziz selama empat tahun hingga kini tetap diminati.Pelanggannya pun bertambah mulai dari pembeli lokal hingga mancanegara.
Hanya saja, jumlah produksi tak bisa dia tingkatkan sesuai permintaan pelanggan karena tenaga kerja terbatas. Permintaan dari beberapa pedagang pernak-pernik di kota Ambon pun tidak dilayani karena keterbatasan tenaga, di samping keunikannya yang ekslusif ingin dipertahankan.
Selain tas kewang, anak panah dan busurnya, Aziz juga menjual pajangan rumah hias, jam dinding dan bunga, semuanya berbahan dasar kayu.
Sedangkan aksesoris yang dia rangkai sendiri antara lain anting, cincin, kalung, gelang, bros, dan penjepit rambut, yang dibuat dari kulit mutiara, kulit penyu, rumah siput, akar bahar, batu alam dari Kalimantan, dan gelang khas Papua.
Stendy, seorang pemandu wisata, menyatakan dirinya sangat menyukai aksesoris yang dijual Aziz karena punya ciri khas, unik, natural dan jumlahnya terbatas.
"Saya senang berbelanja di sini karena barang-barangnya unik, enak dipakai dan jumlahnya terbatas sehingga tidak banyak orang yang memakainya. Wisman yang saya tangani pun suka dan sering saya berikan sebagai kenang-kenangan," katanya.
Dia berharap, para pedagang di daerah ini dapat menampilkan dagangan yang khas, terutama yang menampilkan kerajinan khas Maluku seperti kain tenun dari Maluku Tenggara, Kaos Ambon Manise yang motifnya lebih kreatif dan ukurannya sesuai wisman yang mudah didapat, disamping aksesoris dan pernak-pernik khas Maluku.
"Kalau bisa ada butik atau galeri yang menjual kerajinan khas Maluku di beberapa tempat sehingga mudah didapat, karena belum tentu kekhasan yang ada di sini bisa dijumpai di daerah lain," katanya.