Paparisa Kacil akan Tampil di Belanda
Sabtu, 26 Februari 2011 18:55 WIB
Kelompok teater tradisional Paparisa Kacil di bawah binaan Sanggar Kabaresi akan tampil di Belanda untuk memeriahkan peringatan 60 tahun orang Maluku di negeri kincir angin tersebut.
"Kami diundang oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Belanda, dan kami akan berangkat ke sana pada 17 Juni," kata Vabio Lekahena dari Sanggar Kabaresi kepada ANTARA di Ambon, Sabtu.
Ia mengatakan, untuk memeriahkan peringatan 60 tahun orang Maluku di Belanda, 12 anggota Paparisa Kacil akan mementaskan sedratari yang berisi tari, nyanyi dan teater berjudul Tijdelijk Verblijf Of Voor Altijd (tinggal selamanya atau sementara) yang digarap oleh Erik Victor Mailoa, pendiri Sanggar Kabaresi.
"Tidak ada waktu tepat kapan orang Maluku tiba di Belanda. Kedatangan mereka hanya dipastikan dengan berlabuhnya kapal Kota Intan di Amsterdam pada 1951," katanya.
Lekahena juga mengatakan, sendratari tersebut akan dibawakan menggunakan 80 persen dialek Ambon dan 20 persen bahasa Belanda karena tidak semua orang Maluku di sana mengerti bahasa ibu mereka.
"Kalau orang-orang tua mungkin masih mengerti dialek Ambon, tapi generasi baru pasti sudah tidak lagi, untuk itu kami akan mencampurkannya dengan sedikit bahasa Belanda," katanya.
Menurut dia, pada 2009 mereka pernah pentas dengan membawakan drama Kaweng Lari (kawin lari -red) di lebih dari 20 kota di negeri Retu Beatrix itu. Kali ini Paparisa Kacil dijadwalkan tampil lebih banyak dari dua tahun sebelumnya.
"Kemungkinan kami akan tampil lebih banyak dari sebelumnya," kata Lekahena.
Paparisa Kacil merupakan rumah atau gubuk yang digunakan masyarakat Maluku untuk melepaskan lelah setelah seharian bekerja di kebunnya.
Grup teater di bawah manajemen Sanggar Kabaresi dibentuk oleh Erik Viktor Mailoa pada 20 Maret 1996, dan aktif tampil di TVRI sejak 1997 hingga 1999. Mereka lebih banyak pentas dengan mengangkat sisi kebudayaan tradisional dan masyarakat bawah di Maluku. Terkadang dalam setiap penampilannya Paparisa Kacil juga mengkritik kinerja pemerintah lokal.