Anda penikmat petualangan bawah air? Jika ya, bertandanglah ke Teluk Kao, Halmahera Utara, Maluku Utara.
Di perairan teluk itu, tepatnya pada kedalaman 6-10 meter, anda tidak hanya akan mendapati keindahan panorama bawah laut, tapi juga berbagai peninggalan sejarah Perang Dunia II semacam bangkai kapal perang dan pesawat tempur, serta berbagai jenis senjata dan bom yang diduga masih aktif.
"Menyelam di perairan Teluk Kao sangat mengasyikkan, karena kita tidak hanya melihat panorama bawah laut, tapi juga berbagai peninggalan Perang Dunia II yang sarat nilai sejarah," kata salah seorang penyelam asal Ternate Sudirman.
Peninggalan sejarah di perairan Teluk Kao tersebut diduga milik tentara Jepang, terbukti dari simbol-simbol Negeri Sakura pada bangkai kapal perang.
Dugaan tersebut diperkuat dengan berbagai literatur sejarah serta cerita dari masyarakat setempat bahwa Teluk Kao pada Perang Dunia II merupakan salah satu basis pertahanan tentara Jepang di wilayah Halmahera saat melawat tentara Sekutu.
"Benda-benda peninggalan sejarah di perairan Teluk Kao tersebut telah menjadi rumah bagi berbagai jenis ikan, jadi kalau kita menyelam di sekitar benda-benda itu akan disambut dengan berbagai jenis ikan," ujar Sudirman.
Pemkab Halmahera Utara bekerja sama dengan tim dari Direktorat Museum Bawah Permukaan beberapa waktu lalu melakukan survei di perairan Teluk Kao dan menemukan benda-benda peninggalan sejarah Perang Dunia II tersebut pada 14 titik yang tidak berjauhan.
Benda-benda peninggalan Perang Dunia II tersebut kondisi fisiknya masih membentuk seperti aslinya dan letaknya tidak terlalu jauh dari tepi pantai untuk menjangkaunya bisa hanya menggunakan sampan, yang bisa disewa dari nelayan setempat.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Halut, E. J. Papilaya, mengatakan keberadaan peninggalan sejarah perang dunia II di teluk Kao tersebut merupakan salah satu andalan objek wisata Halut untuk menarik minat kunjungan wisatawan dari dalam dan luar negeri ke daerah itu.
Pemkab Halut akan merekomendasikan Teluk Kao tersebut kepada Panitia Sail Indonesia Morotai untuk dijadikan salah satu lokasi kegiatan penyelaman pada penyelenggaraan Sail Morotai di Kabupaten Pulau Morotai pada 2012.
Para peserta Sail Morotai, termasuk wisatawan yang datang pada kegiatan bertaraf internasional itu pasti akan tertarik mengunjungi Teluk Kao, terutama dari Jepang dan negara-negara yang tergabung dalam pasukan Sekutu pada Perang Dunia II di wilayah Asia Pasifik.
"Selama ini banyak orang Jepang datang ke Teluk Kao untuk ziarah. Mereka diduga memiliki hubungan keluarga dengan tentara Jepang yang tewas di Teluk Kao saat kapal perangnya di bom pesawat Sekutu," kata E. J. Papilaya.
Cagar Budaya
Direktorat Museum Bawah Permukaan menilai Teluk Kao layak menjadi cagar budaya peninggalan sejarah Perang Dunia II, karena benda-benda peninggalan perang Dunia II di lokasi itu cukup banyak.
Di wilayah Malut sejauh ini belum ada cagar budaya bawah permukaan. Cagar budaya yang ada hanya di atas permukaan (daratan), seperti cagar budaya benteng orange dan cagar budaya benteng Kalamata di Kota Ternate.
"Pemkab Halut mendukung kalau Teluk Kao dijadikan cagar budaya bawah permukaan, karena selain akan menguatkan perannya sebagai objek wisata, juga akan mendukung upaya pelestarian keberadaan peninggalan sejarah Perang Dunia II dilokasi itu," kata Papilaya.
Pemkab Halut telah melakukan penyuluhan kepada masyarakat di sekitar Teluk Kao untuk menjaga keberadaan benda-benda peninggalan sejarah Perang Dunia II tersebut, terutama dari para pemburu besi tua.
Masyarakat di wilayah itu bersedia menjaga keberadaan benda-benda sejarah peninggalan dunia II tersebut, mereka menyadari bahwa selain memiliki nilai sejarah, juga kalau banyak dikunjungi wisatawan akan memberi kontribusi pendapatan pada masyarakat setempat.
Menurut Papilaya di wilayah Kao ada pula peninggalan sejarah perang dunia II milik Jepang, di antaranya benteng dan bunker. Di benteng yang menghadap ke arah Teluk Kao itu masih bisa ditemukan sejumlah meriam.
Selain itu, ada pula lapangan terbang yang kini digunakan untuk penerbangan perintis rute Ternate-Kao. Saat ini ada satu perusahaan penerbangan yang mengoperasikan penerbangan perintis Ternate-Kao sekali seminggu dengan tarif Rp200 ribu.
Wisatawan yang ingin berkunjung ke Teluk Kao bisa menggunakan jasa penerbangan perintis tersebut. Selain itu bisa pula melewati jalur Ternate-Sofifi mengggunakan "speed boat" dengan tarif Rp50 ribu per orang, kemudian dilanjutkan dengan mobil ke Kao dengan tarif Rp50 ribu per orang.
"Tapi kalau wisatawan ingin melihat dulu berbagai objek wisata sejarah lainnya di Tobelo, Kabupaten Halut, seperti rumah adat bisa langsung terbang dari Ternate ke Tobelo melalui Galela kemudian ke Kao," katanya.
Saat ini ada penerbangan perintis yang melayani Ternate-Galela dua kali dalam seminggu dengan tarif Rp200 ribu per orang, tapi pada saat penyelenggaraan Sail Morotai 2012, Pemkab Halut akan mengupayakan penerbangan perintis pada rute ini setiap hari.
Sarana akomodasi di Tobelo cukup banyak meskipun hanya hotel melati dengan tarif Rp150 ribu per malam, sedangkan di Kao yang jaraknya 100 km dari Tobelo belum ada penginapan, tapi wisatwan bisa menginap di rumah warga.
Di Kabupaten Halut juga terdapat sejumlah objek wisata bahari berupa pantai pasir putih dan panorama bawah laut. Pemkab Halut menyerahkan pengelolaan sebagian objek wisata bahari di daerah itu kepada masyarakat setempat sebagai upaya meningkatkan kesejateraan masyarakat sekitar objek wisata.
Ada "Museum Bawah Laut" di Teluk Kao
Selasa, 25 Oktober 2011 6:45 WIB