Ambon (ANTARA) - Tiga calon rektor Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Maluku, secara kompak menyebutkan bahwa perguruan tinggi berbasis kepulauan harus diterapkan di kampus itu di tengah persaingan antar perguruan tinggi di Indonesia.
"Permasalahan saat ini adalah penataan kurikulum yang memperkuat MBKM(merdeka belajar kampus merdeka) dan aspek oseanografi, akreditasi, sertifikasi," ujar bakal calon rektor Unpatti Jusuf Madubun dalam penyampaian visi dan misi di Ambon, Senin.
Pasalnya Universitas Pattimura sendiri di Provinsi Maluku yang luas wilayahnya 712.479 Kilometer persegi terdiri dari daratan 54.185 kilometer persegi (7,6 persen) dan lautan 658.294 kilometer persegi (92,4 persen) memiliki gugusan pulau sebanyak 395 pulau , 83 persen atau sekitar 331 pulaunya belum berpenghuni.
Menurut Jusuf Universitas Pattimura harus bekerja sama dan berkolaborasi pada berbagai bidang seperti sains, penguatan riset terapan terpadu budidaya, prosesing komoditas unggulan perikanan, pertanian, pariwisata, konektivitas dan aksesibilitas wilayah kepulauan untuk meningkatkan mutu dan kualitas kampus tersebut.
"Olehnya itu perlu dilakukan peningkatan kualitas pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terarah untuk mendukung keberlanjutan pengembangan lembaga yang berciri kepulauan (inklusif)," tuturnya.
Sementara itu bakal calon rektor Unpatti lainnya Izaak Wenno mengungkapkan, Unpatti perlu menetapkan diri dalam berbagai bentuk produk unggulan berbasis kepulauan.
Dalam hal ini, dosen dan mahasiswa lingkup kampus biru itu harus dilibatkan dalam setiap kegiatan berbasis kepulauan.
"Kita juga harus membuka akses bagi peneliti internasional yang ingin melakukan kunjungan ke Unpatti tentunya dengan tema berbasis keunggulan Unpatti yaitu bina mulia kelautan," ucapnya.
Tak hanya itu Wenno mengatakan, Unpatti juga perlu memfasilitasi pendanaan riset berbasis kepulauan.
"Strategi pendanaan riset yang menggunakan pendanaan internal akan ditransformasikan dengan fokus pada dua tujuan yaitu peningkatan kompetensi peneliti dan akselerasi kualitas mencakup pertanian dan perikanan," kata dia menjelaskan.
Sedangkan bakal calon rektor lainnya Pieter Kakisina, menyampaikan, visinya yakni menjadi universitas yang unggul dalam kajian laut pulau dan berkarakter.
"Kita juga harus meningkatkan efisiensi dan tata kelola keuangan yang transparan dan akuntabel, mengembangkan sistem birokrasi akademik dan administrasi yang efektif dan efisien," katanya.
Pemilihan rektor sendiri diawali dengan penyaringan para calon rektor yang telah mendaftar atau mengajukan diri.
Para calon rektor tersebut, kemudian disaring hingga diperoleh daftar pendek (shortlist), yang berisi tiga orang calon rektor. Sesuai Permenristekdikti Nomor 1 Tahun 2015, ketiga calon tersebut diajukan ke pemerintah untuk dievaluasi terlebih dahulu.
Setelah nama tiga calon rektor itu berada di tangan Kemristekdikti, akan ada seleksi khusus. Di antaranya bekerja sama dengan KPK dan PPATK untuk mengecek sistem keuangan yang bersangkutan, hingga mencari tahu bila mana ada transaksi yang mencurigakan.
Dalam pemilihan rektor yang melibatkan senat dan kementerian, menteri memiliki suara sebesar 35 persen. Sedangkan senat memiliki porsi yang lebih banyak, yaitu 65 persen.