Ambon (ANTARA) - Guru Besar bidang Teknologi Hasil Pertanian Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Maluku Prof La Ega MS mengemukakan optimalisasi produktivitas sentra komoditas pertanian di Maluku dapat memperkuat ketahanan pangan di daerah itu.
“Ketahanan pangan daerah terbangun dari kemampuan suatu daerah melaksanakan produksi, kemudian didukung oleh ketersediaan stok pangan daerah serta melakukan impor dari daerah atau negara lain jika mengalami kekurangan,” katanya di Ambon, Jumat .
Ia mengatakan, adapun sentra komoditas pertanian di Maluku yakni sentra pengembangan padi sawah terdapat di Pulau Seram dan Buru, Sentra pengembangan sagu terdapat di Pulau Seram Timur, Sentra pengembangan ubi kayu dan ubi-ubian di Kepulauan Kei dan Aru serta tersebar dipulau lainnya, sedangkan jagung terdapat di Babar-Leti-Damer.
Kemudian Sentra pengembangan sapi potong, domba, kambing lakor dan itik tersebar di Pulau Seram, Buru, pulau-pulau terselatan dan Wetar, dan Kepulauan Babar-Leti-Damer.
“Sentra pengembangan sayuran, ayam buras, ayam petelur dan pedaging di pusatkan di Pulau Ambon dan Lease, Sentra pengembangan komoditas perkebunan unggulan, kelapa, cengkih, dan pala dipusatkan di Pulau Seram, Buru, Kepulauan Banda dan Aru, Sentra pengembangan buah jeruk lokal terdapat di Pulau-pulau Terselatan, Wetar dan Tanimbar,” tuturnya.
Menurutnya, semakin besar produksi pangan suatu daerah, maka akan semakin kuat kemandirian atau ketahanan pangan lokal dari daerah tersebut. Apalagi jika ditunjang dengan mudahnya distribusi pangan dari wilayah sentra produksi menuju tempat pemasaran lokal atau tempat penampungan, maupun dari kedua tempat tersebut menuju kabupaten/kota lain di Provinsi Maluku.
“Baik melalui angkutan laut maupun darat memiliki peranan yang sangat penting,” ujarnya.
Pasalnya kata dia masih terbatasnya sarana dan prasarana transportasi laut dan jalan di sejumlah lahan potensial, seperti diantaranya Buru Selatan, Seram Bagian Timur, Aru dan MBD sangat membatasi usaha peningkatan produksi.
Selain itu, di musim cuaca buruk, pada Mei sampai pertengahan September menghambat kegiatan distribusi pangan, terutama ke kabupaten/kota di wilayah bagian tenggara, sehingga biaya distribusi cenderung meningkat yang juga meningkatkan harga pangan.
Berkaitan dengan tantangan ini diperlukan suatu langkah perencanaan yang sinergis dan terintegrasi, terkait yaitu penyusunan neraca produksi pangan lokal dan kalender musim tanam yang tepat berbasis neraca air, penyusunan neraca stok pangan lokal dan rencana Kerjasama Antar Daerah (KAD), dukungan hilirisasi pangan yang terstandar, didukung pergudangan dan rantai dingin, kebijakan dan dukungan pembiayaan yang memadai, dan komitmen yang kuat dan pelaksanaan yang berkelanjutan.