Jakarta (ANTARA) -
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu berpotensi terangkat dipengaruhi oleh inflasi domestik yang rendah.
"Rupiah hari ini diprediksi masih melanjutkan penguatan terhadap dolar AS pada kisaran Rp16.220 per dolar AS hingga Rp16.150 per dolar AS dipengaruhi oleh faktor internal tingkat inflasi yang rendah," kata analis Bank Woori Saudara Rully Nova kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, inflasi IHK Mei 2024 tercatat deflasi sebesar 0,03 persen month to month (mtm), sehingga secara tahunan menurun menjadi 2,84 persen year on year (yoy) dari realisasi bulan sebelumnya sebesar 3 persen (yoy).
Inflasi inti pada Mei 2024 tercatat sebesar 0,17 persen (month to month/mtm), lebih rendah dari inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,29 persen (mtm).
Sementara dari sisi eksternal, Rully menuturkan pergerakan rupiah juga dipengaruhi oleh tren penurunan imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS).
Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun menjadi 4,343 persen dari posisi sebelumnya sebesar 4,406 persen.
Selain itu, pelaku pasar menantikan data tenaga kerja AS yang akan dirilis pada pekan ini.
Pada awal perdagangan Rabu pagi, kurs rupiah dibuka turun 45 poin atau 0,27 persen menjadi Rp16.265 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.220 per dolar AS.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah berpotensi menguat dipengaruhi inflasi domestik yang rendah