Pedagang kue kering musiman di Ambon raup untung berlipat jelang Idul Fitri

Ambon (ANTARA) - Pedagang kue kering musiman di Ambon, Maluku, meraih untung berlipat menjelang Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah/2025 Masehi karena banyaknya pesanan dalam sepekan terakhir.

“Kue kering ini sudah menjadi tradisi masyarakat kita saat Lebaran, dalam sepekan ini saja saya sudah mendapatkan sebanyak 40 toples kue kering,” kata salah satu pedagang, Yudiana di Ambon, Minggu.

Pesanannya pun beragam mulai dari kue bola-bola meses, nastar selai nanas, kue putri salju dan banyak lagi. Namun yang paling banyak diminati adalah kue kering nastar selai nanas.

“Kalau nastar kami juga dengan harga Rp65 ribu untuk toples kecil dan Rp80 ribu untuk toples besar,” katanya.

Sementara untuk jenis kue kering yang lainnya pun dijual bervariasi mulai dari Rp50 ribu sampai Rp60 ribu per satu toplesnya.

“Sepekan ini sudah terkumpul Rp4.400.000 dari berjualan kue kering, pekan lalu saya berjualan takjil memang untung tapi keuntungannya kisaran Rp1.500.000 dalam seminggu,” katanya.

Senada dengan Yudiana pedagang kue kering musiman lainnya, Ahmad, juga mengaku mengalami kenaikan omzet yang signifikan.

"Saya bisa menjual kue kering hingga 10 toples per hari, dan nastar masih jadi primadona di kalangan masyarakat,” tuturnya.

Ia melanjutkan nastar buatan istrinya tersebut pun dimodifikasi dari yang hanya berisi selai nanas, kini diisi dengan coklat, selai strawberry hingga nastar isi keju.

Kue kering sendiri sudah menjadi kudapan wajib saat perayaan hari besar keagamaan seperti Idul Fitri saat ini, berdasarkan sejarahnya kue-kue kering seperti nastar, kastengel, lidah kucing, dan putri salju yang populer disajikan sebagai kudapan khas Lebaran memiliki makna toleransi di baliknya.

Kue kering mulanya dikenal pada masa kolonial melalui pertukaran hantaran dari keluarga Eropa untuk keluarga priyayi yang merayakan hari Lebaran. Kue-kue tersebut juga menjadi kudapan yang biasa dihidangkan pada hari-hari perayaan umat Nasrani.