Gempa-Tsunami Jepang Belum Pengaruhi Realisasi Ekspor Maluku
Kamis, 31 Maret 2011 12:47 WIB
Gempa tektonik berkekuatan 8,9 Scalla Rechter yang mengguncang Jepang dan menimbulkan tsunami di negeri sakura itu pada 11 Maret 2011 belum terlalu mempengaruhi realisasi ekspor komoditi andalan Maluku, khususnya perikanan.
"Aktivitas ekspor komoditi perikanan Maluku ke Jepang dan beberapa negara lainnya untuk awal bulan biasanya belum terlalu menggeliat, dan semua perusahan eksportir yang ditanyai belum memberikan keterangan pasti," kata Kabid Perdagangan Luar Negeri, Disperindag Maluku, Elvys Pattiselano di Ambon, Kamis.
Apalagi, katanya, sejumlah perusahaan eksportir di Maluku memang memiliki hubungan langsung dengan pembeli (bayers) di Jepang, termasuk perusahan yang mengoperasikan kapal penangkap ikannya di daerah ini.
Pattiselano merujuk PT. Nusantara Fishary, yang memiliki koneksi langsung dengan pembeli di Jepang, saat ini masih tetap menunggu pengiriman ikan dari Maluku.
"Kecuali untuk PT. Misuri dan beberapa perusahan ekspor lainnya yang dihubungi Disperindag Maluku belum bisa memberikan jawaban, apakah rencana ekspor ke Jepang akan tetap berjalan sesuai kontrak yang telah dibuat, teradi penurunan permintaan ekspor atau dibatalkan," katanya.
Yang jelas, lanjutnya, Disperindag Maluku masih tetap melakukan kajian hingga beberapa bulan ke depan untuk membuat kesimpulan, apakah akan terjadi pengurangan ekspor atas permintaan Jepang atau tetap berjalan sesuai rencana dalam surat kontrak antara eksportir dengan bayer.
Sementara itu, Dinas Kelautan dan Perikanan Maluku juga optimistis realisasi ekspor ke Jepang tidak akan terganggu bencana gempa dan tsunami yang menelan banyak korban jiwa dan harta benda di negara tersebut.
Realisasi ekpsor Maluku untuk periode Januari-Desember 2010 yang volumenya sebanyak 314,79 ribu ton dengan nilai sebesar 168,53 juta dolar Amerika Serikat.
Thailand memang menjadi negara tujuan ekspor terbesar komoditi andalan Maluku seperti ikan dan udang tapi rata-rata nilai ekspornya hanya mencapai 0,39 Kg per dolar, lebih kecil dibanding Jepang dan Hongkong yang berada di kisaran 8 dolar AS per Kg.