Singapura (ANTARA) - Dolar Amerika Serikat (AS) dan pond sterling Inggris menguat di awal sesi Asia pada Rabu pagi, setelah rebound mengejutkan dalam aktivitas bisnis di AS dan Inggris meningkatkan kemungkinan bahwa bank sentral masing-masing akan meningkatkan suku bunga lebih jauh.
Di tempat lain, kiwi melonjak setelah Bank Sentral Selandia Baru (RBNZ) pada Rabu, menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin seperti yang diharapkan, tetapi menegaskan kembali bahwa inflasi masih terlalu tinggi dan lapangan kerja berada di luar tingkat maksimum yang berkelanjutan.
Data yang dirilis pada Selasa (21/2) menunjukkan bahwa aktivitas bisnis AS secara tak terduga pulih pada Februari mencapai level tertinggi dalam delapan bulan, sementara Indeks Manajer Pembelian (PMI) komposit Inggris juga melonjak menjadi 53,0 bulan ini, di atas ambang batas pertumbuhan 50 untuk pertama kali sejak Juli.
Baca juga: Dolar bertahan pada kenaikan moderat didukung data AS yang kuat
Dolar AS naik terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya, setelah data optimis menyelamatkan sterling, yang melonjak 0,6 persen pada Selasa (21/2). Mata uang Inggris itu terakhir 0,05 persen lebih rendah pada 1,2107 dolar AS.
Di zona euro, PMI kompositnya juga naik ke level tertinggi sembilan bulan di 52,3 pada Februari, didukung oleh pertumbuhan jasa-jasa yang sangat kuat.
Namun, euro gagal mendapatkan keuntungan dari data tersebut, karena turun 0,36 persen di sesi sebelumnya. Euro terakhir diperdagangkan 0,04 persen lebih tinggi pada 1,0652 dolar AS.
"Itu semacam masalah relativitas, dalam arti bahwa sementara sektor jasa berkinerja lebih baik secara keseluruhan, peningkatan ekstra yang didapat sterling adalah karena kinerja yang sangat, sangat kuat," kata Rodrigo Catril, ahli strategi mata uang senior di National Australia Bank.
"Saya pikir euro masih dalam situasi yang lebih sulit, mengingat ada anggapan umum bahwa ECB masih memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, dan itu memberikan sedikit tekanan dalam hal prospek pertumbuhan mereka," katanya pula.
Terhadap yen Jepang, dolar AS naik ke level tertinggi dua bulan di 135,23 di sesi sebelumnya, dan merosot tipis ke 134,91 di awal perdagangan Asia pada Rabu.
Indeks dolar AS berdiri di 104,13, setelah naik 0,3 persen sehari sebelumnya.
Baca juga: Dolar merosot karena pasar tunggu tindakan Fed yang akan datang
Rebound dalam aktivitas bisnis AS muncul di belakang serangkaian data ekonomi yang tangguh baru-baru ini yang menunjukkan pasar tenaga kerja masih ketat, inflasi yang kaku, dan penjualan ritel yang kuat di ekonomi terbesar di dunia itu.
Pasar sejak itu menaikkan ekspektasi mereka tentang seberapa tinggi Federal Reserve perlu menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi, mengirimkan imbal hasil obligasi Pemerintah AS melonjak.
Imbal hasil obligasi dua tahun melonjak ke level tertinggi lebih dari tiga bulan di 4,738 persen di sesi sebelumnya, dan terakhir mencapai 4,6933 persen.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun memuncak pada 3,9660 persen di awal perdagangan Asia pada Rabu, tertinggi sejak November lalu.
Dalam mata uang lain, Aussie meluncur setelah data menunjukkan bahwa upah Australia tumbuh pada laju tahunan tercepat dalam satu dekade di kuartal terakhir, namun masih jauh dari perkiraan pasar.
Dolar Australia turun sekitar 0,3 persen setelah data tersebut, dan terakhir 0,1 persen lebih rendah pada 0,6849 dolar AS.
Kiwi naik 0,39 persen menjadi 0,6238 dolar AS, setelah sebelumnya melonjak sekitar 0,5 persen ke level tertinggi harian di 0,6248 dolar AS segera setelah keputusan suku bunga RBNZ.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dolar menguat di awal sesi Asia didukung oleh survei PMI yang optimis
Dolar melonjak di awal sesi Asia didukung survei PMI yang optimis
Rabu, 22 Februari 2023 10:18 WIB