New York (ANTARA) - Dolar AS menguat terhadap sejumlah mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah pertumbuhan belanja konsumen AS yang lebih lambat mendorong harapan Federal Reserve akan kurang agresif dalam menaikkan suku bunganya.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,35 persen menjadi 102,5107.
Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,0853 dolar AS dari 1,0904 dolar pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,2336 dolar AS dari 1,2388 dolar AS pada sesi sebelumnya.
Baca juga: Yuan melemah 22 basis poin menjadi 6,8771 terhadap dolar AS
Dolar AS dibeli 132,71 yen Jepang, lebih tinggi dari 132,44 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9143 franc Swiss dari 0,9138 franc Swiss, dan meningkat menjadi 1,3530 dolar Kanada dari 1,3519 dolar Kanada. Dolar AS naik menjadi 10,3730 krona Swedia dari 10,3649 krona Swedia.
Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS naik 0,3 persen pada Februari, sejalan dengan konsensus, untuk kenaikan 5 persen tahun-ke-tahun, Departemen Perdagangan melaporkan Jumat (31/3/2023).
Sementara itu, Inflasi PCE inti, yang tidak termasuk makanan dan energi, naik 0,3 persen, sedikit di bawah konsensus 0,4 persen, untuk kenaikan 4,6 persen tahun ke tahun.
"Secara keseluruhan, laporan ini adalah kabar baik setelah percepatan kembali yang mengkhawatirkan pada Januari, tetapi fokus pasar akan beralih ke laporan ketenagakerjaan Maret minggu depan dan dua laporan inflasi yang mendahului pertemuan Fed pada Mei," kata Chris Low, kepala ekonom di FHN Financial dalam sebuah catatan pada Jumat (31/3/2023).
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dolar naik di tengah data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan