New York (ANTARA) - Wall Street melemah pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena meningkatnya kekhawatiran bank-bank sentral global akan menaikkan suku bunga lebih lanjut tahun ini untuk mengekang inflasi, dan aset-aset safe-haven menguat karena taruhan bahwa pengetatan moneter yang lebih besar dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global.
Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 219,28 poin atau 0,65 persen, menjadi menetap di 33.727,43 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 33,56 poin atau 0,77 persen, menjadi berakhir di 4.348,33 poin. Indeks Komposit Nasdaq tergelincir 138,09 poin atau 1,01 persen, menjadi ditutup pada 13.492,52 poin.
Semua dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor utilitas memimpin penurunan kehilangan 1,51 persen. Sektor jasa-jasa komunikasi membukukan penurunan terlemah, jatuh 0,25 persen.
Baca juga: Wall Street ditutup beragam dengan fokus kepada bank-bank sentral
Saham-saham AS jatuh pada Jumat (23/6/2023) karena investor mencari tempat berlindung yang aman di obligasi dan dolar di tengah gelombang kenaikan suku bunga global dan pernyataan hawkish dari para gubernur bank sentral.
Beberapa analis percaya bahwa pengetatan yang berlebihan akan menyebabkan kemerosotan ekonomi yang tajam secara global, menyusul kenaikan suku bunga di Inggris, Turki, Swiss dan Norwegia pada Kamis (22/6/2023).
Saham-saham AS merosot terseret prospek pertumbuhan global yang terus memburuk. Risiko penurunan ekonomi yang lebih tajam lebih besar untuk Eropa daripada untuk Amerika Serikat, sehingga dapat menjaga dukungan dolar dalam jangka pendek, kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, pemasok jasa perdagangan daring multi-aset.
"Ini adalah minggu yang buruk untuk saham dan itu mulai mengurai banyak perdagangan teknologi berkapitalisasi besar. Nasdaq semakin terpukul karena perdagangan AI (kecerdasan buatan) melihat aksi ambil untung yang signifikan," kata Moya.
Baca juga: Wall Street ditutup melemah, investor pertimbangkan langkah Fed berikutnya
Data yang dirilis pada Jumat (23/6/2023) juga menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi AS mungkin melambat. S&P Global melaporkan bahwa indeks manajer pembelian (PMI) gabungan AS turun menjadi 53,0 pada Juni, dari 54,3 pada Mei.
Secara khusus, PMI jasa-jasa AS merosot ke 54,1 pada Juni dari 54,9 pada Mei, terendah dua bulan, sementara PMI manufaktur turun ke terendah enam bulan 46,3 pada Juni, dari 48,4 pada Mei, menurut S&P Global.
"Investor pasti menunjukkan ketakutan baru akan resesi AS, serta resesi global," kata CEO AXS Investments Greg Bassuk dalam sebuah wawancara dengan CNBC.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Wall Street berakhir jatuh di tengah tanda-tanda pendinginan ekonomi