Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis diperkirakan bergerak variatif di tengah adanya sentimen domestik dan global.
IHSG dibuka menguat 6,75 poin atau 0,09 persen ke posisi 7,679,64. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 1,38 poin atau 0,15 persen ke posisi 943,07.
"Pergerakan IHSG dan rupiah diprediksi akan lebih fluktuatif dengan beberapa kabar dari dalam negeri maupun luar negeri," sebut Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Kamis.
Periode perdagangan saham pada September secara historis menjadi bulan yang cenderung dihindari oleh investor untuk berinvestasi di pasar saham global, karena adanya fenomena September Effect, yang juga cenderung terjadi di IHSG.
Selama kurun waktu 2015-2023 atau sembilan tahun terakhir, IHSG hanya menguat dua kali, sementara tujuh sisanya melemah.
Baca juga: IHSG merosot ikuti bursa kawasan Asia dan global
Pada Jumat (06/09), Bank Indonesia (BI) akan merilis Cadangan Devisa Indonesia periode Agustus 2024, yang mana terus menunjukkan tren positif.
Dari mancanegara, pada hari ini, AS akan diumumkan klaim awal pengangguran untuk pekan yang berakhir pada 31 Agustus 2024.
Konsensus memperkirakan tingkat klaim awal pengangguran AS tercatat 230.000. Jumlah tersebut menurun dibandingkan periode sebelumnya sebesar 231.000.
Data dari Biro Statistik Tenaga Kerja menunjukkan penyerapan lowongan kerja pada Juli mencapai 7,673 juta, atau lebih rendah dari 8,1 juta seperti ekspektasi pasar.
Menurunnya jumlah lowongan kerja AS memicu kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi AS. Kondisi ini bisa mendorong The Fed untuk segera memangkas suku bunga agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi AS dengan menuju era suku bunga rendah.
Baca juga: IHSG diperkirakan mendatar seiring sentimen domestik dan global
Sementara itu, dari regional, PMI Layanan Umum China Caixin turun menjadi 51,6 pada Agustus 2024 dari 52,1 pada bulan sebelumnya. Ini merupakan bulan ke-20 pertumbuhan aktivitas layanan, didorong oleh meningkatnya bisnis baru dan pesanan baru di tengah kondisi permintaan yang lebih baik, dengan permintaan asing tumbuh lebih cepat.
Sementara itu, bursa Amerika Serikat (AS) ditutup beragam, Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite turun untuk sesi kedua berturut-turut, memulai bulan September dengan kinerja yang kurang memuaskan. S&P 500 melemah 0,16 persen menjadi 5.520,07, sedangkan Nasdaq Composite turun 0,3 persen menjadi 17.084,30.
Di sisi lain, indeks Dow Jones Industrial Average menjadi pengecualian dengan naik tipis 38,04 poin atau 0,09 persen menjadi 40.974,97. Beberapa saham teknologi besar dan chip kembali menguat pada hari Rabu, dengan Advanced Micro Devices dan Tesla masing-masing naik sekitar 3 persen dan 4 persen.
Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain, indeks Nikkei melemah 136,40 poin atau 0,37 persen ke 36.911,19, indeks Hang Seng melemah 22,00 poin atau 0,13 persen ke 17.435,33, indeks Shanghai melemah 1,13 poin atau 0,04 ke 2.783,14, dan indeks Straits Times menguat 10,52 poin atau 0,31 ke 3.451,89.
IHSG dibuka menguat 6,75 poin atau 0,09 persen ke posisi 7,679,64. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 1,38 poin atau 0,15 persen ke posisi 943,07.
"Pergerakan IHSG dan rupiah diprediksi akan lebih fluktuatif dengan beberapa kabar dari dalam negeri maupun luar negeri," sebut Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Kamis.
Periode perdagangan saham pada September secara historis menjadi bulan yang cenderung dihindari oleh investor untuk berinvestasi di pasar saham global, karena adanya fenomena September Effect, yang juga cenderung terjadi di IHSG.
Selama kurun waktu 2015-2023 atau sembilan tahun terakhir, IHSG hanya menguat dua kali, sementara tujuh sisanya melemah.
Baca juga: IHSG merosot ikuti bursa kawasan Asia dan global
Pada Jumat (06/09), Bank Indonesia (BI) akan merilis Cadangan Devisa Indonesia periode Agustus 2024, yang mana terus menunjukkan tren positif.
Dari mancanegara, pada hari ini, AS akan diumumkan klaim awal pengangguran untuk pekan yang berakhir pada 31 Agustus 2024.
Konsensus memperkirakan tingkat klaim awal pengangguran AS tercatat 230.000. Jumlah tersebut menurun dibandingkan periode sebelumnya sebesar 231.000.
Data dari Biro Statistik Tenaga Kerja menunjukkan penyerapan lowongan kerja pada Juli mencapai 7,673 juta, atau lebih rendah dari 8,1 juta seperti ekspektasi pasar.
Menurunnya jumlah lowongan kerja AS memicu kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi AS. Kondisi ini bisa mendorong The Fed untuk segera memangkas suku bunga agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi AS dengan menuju era suku bunga rendah.
Baca juga: IHSG diperkirakan mendatar seiring sentimen domestik dan global
Sementara itu, dari regional, PMI Layanan Umum China Caixin turun menjadi 51,6 pada Agustus 2024 dari 52,1 pada bulan sebelumnya. Ini merupakan bulan ke-20 pertumbuhan aktivitas layanan, didorong oleh meningkatnya bisnis baru dan pesanan baru di tengah kondisi permintaan yang lebih baik, dengan permintaan asing tumbuh lebih cepat.
Sementara itu, bursa Amerika Serikat (AS) ditutup beragam, Indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite turun untuk sesi kedua berturut-turut, memulai bulan September dengan kinerja yang kurang memuaskan. S&P 500 melemah 0,16 persen menjadi 5.520,07, sedangkan Nasdaq Composite turun 0,3 persen menjadi 17.084,30.
Di sisi lain, indeks Dow Jones Industrial Average menjadi pengecualian dengan naik tipis 38,04 poin atau 0,09 persen menjadi 40.974,97. Beberapa saham teknologi besar dan chip kembali menguat pada hari Rabu, dengan Advanced Micro Devices dan Tesla masing-masing naik sekitar 3 persen dan 4 persen.
Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain, indeks Nikkei melemah 136,40 poin atau 0,37 persen ke 36.911,19, indeks Hang Seng melemah 22,00 poin atau 0,13 persen ke 17.435,33, indeks Shanghai melemah 1,13 poin atau 0,04 ke 2.783,14, dan indeks Straits Times menguat 10,52 poin atau 0,31 ke 3.451,89.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: IHSG diprediksi variatif di tengah sentimen domestik dan global