Ambon (ANTARA) - Guru besar Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Maluku merancang model transportasi laut ramah lingkungan untuk menjawab kebutuhan transportasi perairan di Indonesia.
“Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia khususnya Maluku dihadapkan pada tantangan unik dalam membangun sistem transportasi laut yang adaptif terhadap dinamika geografis, ekonomi, dan lingkungan,” kata Guru besar Bidang Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Pattimura Prof Benny Luhulima di Ambon, Ahad.
Berdasarkan hal itu, Provinsi Maluku, kata dia membutuhkan sarana transportasi laut yang baik dan efisien agar dapat merangkai pulau-pulau yang terbentang pada Provinsi Maluku.
“Terdapat banyak sekali peningkatan kebutuhan kapal baik itu kapal berbadan satu (mono-hull), kapal berbadan dua (catamaran) dan kapal berbadan tiga (trimaran), untuk aplikasi kapal penumpang (ferries), sarana olahraga (sporting craft) dan kapal riset oseanografi (oceanographic research vessels) serta kapal penangkap ikan (trawlers),” katanya menjelaskan.
Menyoroti hal tersebut berdasarkan penelitiannya, hasil simulasi numeric atau Computational Fluid Dynamic (CFD) dan Pengujian (towing tank) menunjukkan perbedaan nilai komponen hambatan yang relatif kecil, rata-rata 3 persen.
Selanjutnya perhitungan kapal monohul memiliki hambatan yang cukup besar dibandingkan dengan kapal multihull. Pada kapal monohull memiliki selisih hambatan sebesar 8,86 persen lebih besar daripada multihull.

Sedangkan selisih hambatan kapal trimaran adalah 3,25 persen lebih kecil dari kapal katamaran. Hal ini juga berpengaruh yang sama terhadap daya mesin yang dibutuhkan.
“Perhitungan Energy Efficiency Design Index (EEDI) kapal monohull adalah 303,40 gmCO2/ton, sedangkan pada kapal multihull pada adalah 76,49 gmCO2/tonne per tahun untuk kapal katamaran dan 70,09 gmCO2/tonne mile per tahun,” tuturnya.
Hal ini menunjukan kapal monohull terlalu banyak mengeluarkan polutan dari batas yang diizinkan oleh International Maritime Organization (IMO). Sedangkan pada kapal multihull masih memenuhi persyaratan IMO.
Sementara pada kapal trimaran memiliki kemampuan untuk memuat sebesar 440 persen dan kapal katamaran sebesar 380 persen dari kapal monohull.
Oleh sebab itu pemilihan kapal multihull atau lebih dari satu lambung sebagai moda transportasi di Kepulauan Maluku memiliki kelebihan yang cukup baik untuk dioperasikan, karena geladak yang luas, stabilitas yang bagus juga memiliki hambatan yang lebih kecil, sehingga daya mesin yang dibutuhkan juga lebih kecil.
Dengan demikian penggunaan kapal multihull menjadi semakin ramah lingkungan dan lebih irit dari segi ekonomis.