Ambon, 11/10 (Antara Maluku) - Kontingen Jawa Tengah yang ikut Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) XI Nasional di Kota Ambon, beramai-ramai belajar menyantap "pepeda" (makanan tradisional masyarakat Maluku dari bahan utama sagu).
"Saya baru pertama kali mencoba makan papeda, ternyata lezat juga kalau dicampur dengan kuah ikan seperti ini," ujar Aci Astuty, salah seorang peserta Pesparawi asal Jawa Tengah, saat menghadiri acara makan patita yang digelar warga Kelurahan Silale, Kota Ambon, Sabtu.
Warga Silale yang beragama Islam menjadi tuan rumah untuk menampung dan menjamu peserta Pesparawi asal Jateng, baik untuk tinggal di rumah-rumah warga maupun untuk melayani mereka selama seminggu di Kota Ambon.
Makan patita (makan bersama dalam satu meja) sengaja digelar warga Silale sebagai bentuk ungkapan syukur sekaligus sebagai bentuk ikatan kebersamaan dan persaudaraan antarwarga setempat dengan ratusan peserta Pesparawi dari Jateng.
Makan patita yang sekaligus menjadi acara perpisahan antara warga Silale dengan kontingen asal Jateng tersebut, turut dihadiri Gubernur Maluku Said Assagaff, Wagub Zeth Sahuburua yang juga Ketua Umum Panitia Pesparawi nasional, Ketua Harian Pesparawi Polly Kastanya serta ribuan warga Silale dan sekitarnya.
Saat dipersilahkan untuk mencicipi berbagai jenis makanan khas Maluku yang disuguhkan warga Silale tersebut, sebagian besar peserta berebutan untuk mencoba mencicipi papeda (pati tepung sagu yang diseduh air panas dan berbentuk seperti lem).
Beberapa peserta yang tidak tahu malah mencoba memakan papeda yang masih panas tanpa menggunakan kuah ikan, sehingga selain lengket di piring, mulut mereka juga ikut belepotan papeda.
"Ternyata tidak mudah memakan papeda jika tidak menggunakan kuah. Saya sudah sering mendengar namanya tetapi baru saat ini mencobanya," ujar Aci Astuty.
Beberapa teman Aci yang merasa penasaran juga ikut-ikutan untuk mencicipi papeda dari piring Aci walau pun harus menggunakan sendok.
Beberapa teman Aci sontak tergelak saat papeda yang diangkat dengan sendok kembali jatuh ke dalam piring dan setelah dijelaskan cara memakannya oleh warga Silale, barulah mereka bisa dengan lahap mencicipi papeda.
Beberapa warga Jateng malah meminta diajari cara membuat papeda serta meminta disediakan "sagu manta" (pati sagu yang masih mentah sebagai bahan dasar membuat papeda) untuk dibawa pulang dan dipraktekkan di tempat asalnya.
"Kami banyak mendapat pelajaran berharga selama seminggu berada di Ambon. Orang Ambon ramah, santun dan bersahaja dengan para tamu. Setelah berada di Ambon pikiran kami bahwa orang Ambon dan Maluku sangar, keras dan seram, dengan sendirinya hilang.
Suhendro maupun Aci Astuty mengaku selama seminggu di Ambon mereka merasa seperti berada di rumah dan di tengah-tengah keluarga sendiri.
"Kami merasa seperti di rumah dan keluarga sendiri. kami tidak menyesal datang ke Ambon. Malah saat ini telah memiliki keluarga angkat dan akan kembali berkunjung ke Ambon," ujar keduanya
Keramah-tamahan serta sikap terbuka dan mudah bergaul yang ditunjukkan orang Ambon, membuat mereka betah serta dianggap seperti keluarga sendiri.
"Sikap orang Ambon yang mudah bergaul dan ramah turut berdampak besar menciptakan suasana kebersamaan dan persaudaraan antarsesama tanpa memandang perbedaan," ujar mereka.
Sejumlah peserta asal Jateng juga membenarkan situasi dan kondisi keamanan di Ambon benar-benar kondusif dan aman, sehinga kekhawatiran dan rasa takut yang menghantui saat berangkat dari daerah mereka hilang dengan sendirinya.
"Ambon benar-benar aman dan damai. Kami berjalan-jalan di berbagai tempat di kota ini tanpa pengawalan. Semua warga yang ditemui juga ramah dan dengan senyum menyambut kehadiran kami," ujar sejumlah peserta asal Jateng lainnya.
Mereka berharap situasi semakin kondusif di ibu kota Provinsi Maluku tersebut terus dijaga, dipelihara dan ditingkatkan sehingga di masa mendatang menjadi salah satu daerah tujuan kunjungan wisatawan dalam maupun luar negeri.
Kontingen Jawa Tengah Belajar Makan Papeda
Minggu, 11 Oktober 2015 13:43 WIB