Ambon (ANTARA) - Anggota Komisi VII DPR-RI, Mercy Chriesty Barends menyatakan kapal pembangkit listrik (Marine Vessel Power Plant - MVPP) milik perusahaan Karpowership asal Turki yang dikontrakkan pemerintah cocok digunakan untuk mengatasi masalah kelistrikan di wilayah berkarakteristik kepulauan seperti Maluku.
"Kapal pembangkit listrik seperti Karadeniz Powership Yasin Bey yang dipasang di perairan Desa Waai, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, cocok untuk digunakan untuk mengatasi krisis listrik di wilayah pulau-pulau," katanya, di Ambon, Sabtu.
Mercy yang sempat mengunjungi kapal pembangkit listrik Yasin Bey di Negeri Waai pada 17 Desember 2019 bersama tim Komisi VII dipimpin Ketua Komisi Sugeng Suparwoto, menyatakan keberadaan dan fungsi kapal tersebut sangat menginspirasi pemerintah untuk mengembangkannya di daerah yang sulit, jauh dan pesisir pantai.
"Dengan kapal pembangkit ini bisa langsung dioperasikan untuk menyuplai daya listrik dan saat bersamaan jaringan distribusinya atau mesin yang rusak diperbaiki dan diperbaharui," katanya.
Anggota Fraksi PDI Perjuangan tersebut mencontohkan Pulau Ambon saat masuk kapal pembangkit listrik Yasin Bey, pada 2017, jaringan distribusinya belum baik, tetapi kapalnya tetap dapat menyuplai listrik untuk melayani masyarakat di Pulau Ambon.
"Dua tahun setelah kapal pembangkit dioperasikan, saat ini di Pulau Ambon sudah terpasang 171 tiang transmisi baru dan ini sangat membantu suplai kebutuhan listrik," tandasnya.
Saat ini, ujar Mercy 120 MW kapasitas terpasang yang dimiliki kapal pembangkit Yasin Bey, hanya terpakai 60 MW untuk melayani masyarakat di kota dan Pulau Ambon dengan beban puncak antara 54-56 MW.
Pihak Komisi VII terus mendorong pembangunan kapal pembangkit listrik berkapasitas kecil untuk melayani daerah-daerah yang sulit terutama di wilayah Maluku dan Papua.
"Jadi kapalnya tidak perlu sampai sebesar yang dipakai di Negeri Waai. Tetapi berkapasitas kecil sehingga bisa mobile untuk melayani kabupaten atau daerah yang jauh dan sulit termasuk wilayah-wilayah perbatasan," katanya.
Tentang tindak lanjut kerja sama antara pimpinan perusahaan Karpowership dengan PT. PAL untuk pembangunan kapal pembangkit listrik, dia menyatakan masih harus dihitung nilai investasinya baik jangka pendek maupun jangka panjang.
"Biaya pembuatan kapal pembangkit listrik di Turki ternyata jauh lebih murah. Harga pembuatannya tiga kali lipat lebih murah daripada di Indonesia," tandas Mercy.
Karena itu, Komisi VII bersama pemerintah sedang menghitung nilai investasi yang diperlukan sehingga kapalnya dibangun dengan kualitas bagus tetapi harganya terjangkau dan lebih murah.
Dia berharap Komisi VII miliki banyak alternatif penyediaan moda sumber daya energi agar bisa menyelesaikan masalah kelistrikan dengan elektrifikasi mencapai 100 persen di berbagai daerah di Tanah Air.