Ambon (ANTARA) - Paradigma pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) harus diubah ke arah yang lebih baik. Pendampingan UMKM agar tumbuh dan berkembang harus dilakukan melalui pendekatan edukasi alih-alih advokasi.
Melalui pola pendekatan berbasis edukasi, UMKM tidak lagi dipersepsikan berada di bawah lembaga maupun individu yang melakukan pendampingan. UMKM ditempatkan sebagai partner setara untuk tumbuh kembang bersama terutama di masa pandemi saat ini. Alhasil, upaya peningkatan kelas UMKM bisa berjalan lebih efektif.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan bahwa edukasi bagi UMKM akan membuat para pelaku usaha mikro dan kecil lebih cepat bertransformasi. Dampaknya, perubahan dan perkembangan itu akan membawa banyak dampak positif bagi pelaku usaha, lembaga pendamping, serta perekonomian nasional.
“Sesungguhnya kalau kita bisa edukasi mereka, dan mereka bisa sejajar sama bank, sama lembaga pembiayaan, maka dia akan menjadi gadis cantik yang menjadi rebutan semua bank. Rebutan semua bank itu lah yang akan menurunkan harga, dan bargaining position dari UMKM itu akan naik. Maka sekarang kita fokus saja pada edukasi UMKM,” ujar Sunarso di Jakarta beberapa waktu lalu.
Selama ini, kata dia, pendekatan berbasis edukasi telah dilakukan BRI dalam mendampingi dan memberdayakan UMKM. Mengandalkan lebih dari 36 ribu tenaga marketing dan analisis kredit (mantri) di daerah, edukasi terhadap UMKM selalu dilakukan BRI setiap hari.
Dalam melakukan pendampingan, BRI fokus untuk menanamkan semangat kewirausahaan (enterpreneurship) di diri masing-masing pelaku UMKM dan debitur. Hal ini dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan semangat pelaku usaha agar terus mengembangkan bisnisnya.
Sebagai bank dengan portofolio UMKM sebesar 82,13% dari total kredit, BRI rutin mengedukasi UMKM agar memahami kaidah administrasi dan manajerial bisnis yang sesuai ketentuan. Selain itu, akses merambah pasar, penggunaan teknologi, dan informasi bagi UMKM juga dibuka oleh BRI, agar pelaku UMKM semakin berdaya saing baik di lingkup regional, nasional, dan bahkan internasional.
“Edukator kami tersedia untuk melakukan itu semua. Materi yang harus diajarkan juga termasuk prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG). Jangan sampai, (UMKM) baru usaha pikirannya itu kalau ke bank harus melakukan ini-itu yang tidak GCG. Itu harus diajarkan, Terakhir, sustainability. Jangan usaha itu aji mumpung, tetapi harus dipikirkan usaha itu journey-nya. Kalau saya sekarang usaha ultra-mikro maka target saya sekian tahun saya harus ke kelas usaha mikro, kecil, dan bahkan menengah,” ujarnya.
Hingga akhir tahun lalu, sudah ada 504 ribu lebih Agen BRILink yang dimiliki BRI dan berfungsi untuk turut mengedukasi UMKM serta meningkatkan akses pelaku usaha terhadap layanan keuangan formal. Kemudian, seluruh tenaga Mantri BRI telah dimungkinkan untuk memproses pengajuan kredit UMKM secara cepat dan mudah mengandalkan sistem BRISPOT, yaitu sistem digitalisasi proses pinjaman.
Untuk mendukung ekosistem pelaku usaha di masa pandemi, BRI telah membangun platform pasar.id yang menjembatani para pedagang di lebih dari 4.500 pasar tradisional dengan pembeli secara daring. Sudah ada lebih dari 108 ribu pedagang yang terdaftar di platform ini di seluruh Indonesia.
Upaya penyelamatan UMKM yang dilakukan BRI dan Pemerintah terbukti positif, dan dapat dilihat dari tumbuhnya penyaluran kredit Mikro BRI hingga 14,18 persen secara tahunan per Desember 2020. Pada saat yang sama, penyaluran kredit kecil dan menengah BRI tumbuh 3,88 persen, dan kredit konsumer tumbuh 2,26 persen. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit perbankan nasional yang tumbuh negatif.
“Kami akan kembangkan UMKM dan masukan UMKM ke dalam sistem, dan kemudian kami rangkai dalam ekosistem UMKM. Ekosistem itu nanti tergantung segmen bisnisnya, sektornya, integrasinya,” tutup Sunarso.
Pendekatan edukasi jadi pilihan BRI dalam berdayakan UMKM di Indonesia
Selasa, 23 Maret 2021 15:02 WIB