Rumput Laut Rentan Predator dan Biota Penempel
Selasa, 28 Desember 2010 18:18 WIB
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ambon menyatakan tanaman rumput laut yang dibubidayakan masyarakat sangat rentan terhadap serangan hewan pemangsa atau predator dan biota penempel.
"Dari hasil penelitian yang kami lakukan sejak Juli - September, diketahui faktor lingkungan yang tidak stabil menyebabkan predator dan biota laut sangat sering menyerang tanaman secara serempak, namun dalam waktu tujuh hari akan menghilang secara perlahan," kata Peneliti Saleh Papalia kepada ANTARA di Ambon, Selasa.
Papalia menjelaskan, serangan hama yang dimaksud di sini adalah hewan pemangsa (predator) dan biota penempel dari jenis algae (Rhodophyta, Chlorophyta, Phaeophyta dan Cyanophyta) serta jenis biota lainnya seperti Amphipoda, Tunikata, moluska dan Teritip (Ballanus sp).
Sementara yang dimaksud dengan penyakit di sini adalah ice-ice (geala penyakit) yang disebabkan serangan beberapa jenis bakteri pathogen.
Untuk mengatasi masalah tersebut harus dilakukan pemanenan rumput laut untuk diseleksi, kemudian thalus rumput laut yang belum terkena penyakit diikat dan ditangkarkan kembali pada rakit dengan kedalaman di bawah 1 meter, sedangkan yang terkena penyakit (terinfeksi) dilakukan penjemuran di para-para (tempat penjemuran).
Menurut Papalia, penangkaran bibit rumput laut di rakit di perairan dengan kedalaman di bawah 1 meter dari permukaan sangat menguntungkan, karena pada umur 28 hari penanaman (4 minggu) terbukti bibit rumput laut itu berhasil hidup dengan rata-rata berat basah berkisar antara 215 - 350 gram (berat awal antara 60 - 75 gram) per ikat).
Kondisi itu terjadi pada periode akhir Mei hingga awal Juni, kemudian terjadi lagi pada akhir Juli (minggu ke 4) hingga awal Agustus (periode II), dan periode III terjadi pada pertengahan September (pekan ke dua).
"Jadi secara umum serangan penyakit pada tanaman rumput laut terjadi secara serentak dan berlangsung selama kurang lebih seminggu, kemudian secara perlahan-lahan menghilang," katanya.
"Oleh sebab itu studi tentang pengujian kualitas air, identifikasi hama dan penyakit serta penanggulangannya adalah langkah awal yang merupakan dasar dalam upaya mencari metode pencegahan dan pemberantasan yang tepat dan efektif" tambahnya.