Ternate (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sultan Baabullah Ternate, Maluku Utara (Malut) mengeluarkan peringatan dini, menyusul adanya cuaca ekstrem diprakirakan terjadi di sejumlah wilayah kabupaten/kota di Malut.
Prakirawan Cuaca BMKG Sultan Baabullah Ternate Satria Kridha Nugraha di Ternate, Kamis, menyatakan BMKG memberikan peringatan dini cuaca ekstrem saat pancaroba, meliputi wilayah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku-Malut, dan Papua.
"Sebagian besar wilayah Malut masih berpotensi hujan sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang hingga malam hari, seperti di wilayah Halmahera Barat, Halmahera Utara hingga ke ibu kota Provinsi Malut Sofifi," katanya.
Pihaknya meminta masyarakat untuk mewaspadai adanya badai tropis storm mindulle yang memicu terjadinya hujan deras disertai angin kencang, seperti pada pekan lalu, yakni ada pantauan badai tropical storm mindulle pada koordinat 14.5LU dengan kecepatan angin maksimum di dekat pusat bergerak menuju arah barat laut Malut.
"Oleh karena itu, kami meminta agar warga di Malut untuk mewaspadai dan memantau perkembangan cuaca, karena diprediksi mulai hari ini hingga pekan depan masih berpotensi terjadinya hujan dengan intensitas lebat disertai angin kencang.
Sementara itu, Pemprov Malut mengimbau kepada pengguna kapal laut untuk tetap memantau perkembangan cuaca guna menghindari terjadinya gelombang tinggi dan akan berbahaya bagi aktivitas transportasi laut terutama kapal kecil.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ternate Muhammad Arif Gani mengakui ada sejumlah titik, seperti Kelurahan Rua, Taduma dan Kelurahan Takome, Kecamatan Ternate Pulau, mengalami bencana tanah longsor akibat dari curah hujan tinggi melanda di daerah itu sejak tahun lalu.
Dia menyatakan bencana tanah longsor yang terjadi di sejumlah titik di Kecamatan Ternate Pulau itu,berupa tanah longsor yang menyebabkan sebuah jembatan mengalami retak dan beberapa unit rumah warga mengalami rusak.
Bahkan, dalam sepekan ini jembatan penghubung antardesa di Pulau Makian, Halmahera Selatan (Halsel) yang menjadi satu-satunya penghubung antardaerah ambruk akibat tingginya curah hujan yang menyebabkan banjir.