Ambon (Antara Maluku) - Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu menyatakan perairan Pulau Teon, Nila, dan Serua di Kabupaten Maluku Tengah rawan pencurian biota laut.
"Saat berkunjung ke sana (TNS) pada akhir 2012, saya mendapat laporan dari masyarakat bahwa nelayan dari Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara Timur melakukan pencurian ikan dan biota laut lain di sana," katanya di Ambon, Kamis.
Para nelayan itu menggunakan bom maupun potasium sianida sehingga mengancam kelestarian laut di sana.
"Oknum nelayan tersebut melakukan pencurian dengan memanfaatkan tabung gas, sepatu katak maupun peralatan lainnya sehingga mendapatkan hasil banyak," kata gubernur.
Masyarakat di TNS yang berada di tiga pulau bertetangga tidak bisa berbuat banyak karena mereka di sana hanya untuk memanen hasil perkebunan, setelah direlokasi oleh Pemprov Maluku pada 1973 ke Waipia, Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah karena ancaman gunung api aktif.
"Tragisnya keselamatan warga di TNS terancam bila melarang aktivitas tersebut karena para oknum nelayan tersebut memiliki senjata api yang sewaktu-waktu ditembakkan untuk menakuti," kata gubernur.
Sehubungan itu, lanjut gubernur, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Lantamal IX Ambon guna mengarahkan KRI yang melintasi kawaan tersebut untuk melakukan pemantauan dan menangkap para nelayan dari luar Maluku tersebut.
"Memang sulit melakukan pengawasan karena Pulau TNS berada di Laut Banda yang luas dan merupakan daerah pemijahan ikan, terutama tuna dan sumber daya hayati laut lain yang bernilai ekonomis," katanya.
Salah seorang tokoh masyarakat asal pulau TNS Semmy Kosten mengakui aktivitas pencurian sumber daya hayati laut di sana intensitasnya tinggi.
"Yang rutin melakukan aktivitas pencurian adalah oknum nelayan asal pulau Adatua, NTT, karena letak geografis dengan TNS relatif dekat," ujarnya.