Ternate, 8/8 (Antara Maluku) - Sejumlah jasa pengiriman di Ternate, Maluku Utara (Malut), merasa terganggu akibat erupsi Gunung Gamalama sejak sepekan lalu yang mengakibatkan aktivitas dari dan ke Bandara Babullah Ternate ditutup dan baru dibuka Sabtu (6/8).
"Akibatnya, pengiriman barang milik pelanggan dikirim melalui jalur laut, bahkan kebanyakan barang tertumpuk selama belum dibukanya bandara," kata Kepala Personalia (HRD) Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) M Najib di Ternate, Senin.
Dia menjelaskan, untuk penutupan bandara, berbagai operasional kami memang terganggu, baik itu untuk pengiriman ataupun barang yang datang sehingga harus menggunakan layanan jasa kapal laut untuk melakukan pengiriman.
Menurut dia, pengiriman barang yang dilakukan menggunakan kapal laut, langsung dikirimkan ke Manado, setelah itu, barulah JNE yang di Manado mengirimkan atau mendistribusikan ke tempat-tempat lain seperti di Makassar, Jakarta, Surabaya dan daerah lainnya.
Sebab, JNE tidak mau mengecewakan pelanggan, untuk itu kami tetap berusaha melakuakan pengiriman walaupun ada hambatan seperti ditutupnya bandara Babullah Ternate.
Najib mengaku, dalam kondisi seperti ini memang sudah menjadi resiko bagi jasa pengiriman, bahkan bisa mengeluarkan biaya yang cukup tinggi, misalnya harus mengeluarkan biaya kapal laut yang tinggi, belum biaya bongkar muat dan jika barang-barangnya sudah tiba dibitung harus dibawa lagi ke Manado menggunakan mobil, barulah dikirim ke destinasi masing-masing daerah.
Bahkan, dalam kondisi seperti ini pengiriman yang biasa dilakukan satu atau dua hari menjadi semakin lama, namun berusaha menjelaskan bahwa ini kondisi alam, apalagi dengan pengiriman yang tertunda seperti itu membuat penjualan sedikit menurun, yang bisa mencapai 50 persen di hari-hari biasa, kata Najib.
Secara terpisah, manajer dari jasa pengiriman Titipan Kilat (TIKI) Yulia menjelaskan, saat bandara ditutup, pihaknya tidak melakukan pengiriman sama sekali, bahkan barang-barang yang mau dikirim harus tertumpuk di daerah masing-masing seperti Makassar, Manado, Jakarta dan Surabaya.
"Untuk alternatif lain kami tidak menggunakannya, kami tetap menunggu hingga bandara dibuka dan melakukan pengiriman," katanya.
Selain itu, pihaknya tidak mau mengambil resiko untuk melakukan pengiriman, sebab takutnya jangan sampai ada barang dari pelanggan yang mengalami kerusakan.
"Jadi, kami tetap menunggu hinga bandara dibuka, bahkan barang-barang kami yang di bandara sudah kami tarik kembali menyangkut masalah keamanan barang, sehingga dalam kondisi itu sangat berpengaruh terhadap pengiriman, bahkan untuk pengiriman kami mengalami penurunan sebanyak 50 persen," katanya.