Jakarta (ANTARA) - Presiden RI Prabowo Subianto mengungkapkan momen emosional saat dirinya diberi kehormatan untuk menamai bunga anggrek di Singapura dengan nama sang ibu, Dora Marie Djojohadikusumo-Sigar.
Ungkapan itu disampaikan Kepala Negara saat menyampaikan pidato sambutan dalam rangkaian kunjungan kenegaraan dan Leaders’ Retreat perdana antara Indonesia dan Singapura, di Parliament House, Senin.
"Saya merasa sangat tersentuh karena diberi kehormatan untuk menamai satu jenis anggrek yang unik," katanya diikuti dalam jaringan Sekretariat Presiden di Jakarta.
Dalam pidato resminya di hadapan Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong dan jajaran pejabat tinggi kedua negara, Presiden Prabowo menyebut penamaan anggrek tersebut sebagai simbol penghormatan pribadi yang mendalam terhadap ibunya.
“Saya diberi kehormatan untuk mengusulkan nama dan saya mengusulkan nama ibu saya, sebagai bentuk penghormatan atas jasanya membesarkan saya — mungkin seorang anak yang cukup sulit di masa kecilnya. Tapi akhirnya, ia menjadi Presiden Indonesia,” kata Prabowo.
Upacara penamaan anggrek tersebut merupakan bagian dari tradisi diplomasi Singapura yang dikenal dengan Singapore Orchid Diplomacy, yakni penamaan varietas anggrek khusus untuk menghormati tamu kenegaraan.
Ibunda Presiden Prabowo, Dora Marie Sigar berasal dari Minahasa berdarah Jerman serta dikenal aktif di dunia pendidikan, sosial, dan politik.
Dora menempuh pendidikan di Belanda dan menjadi perawat spesialis pascabedah, tempat ia bertemu Sumitro Djojohadikusumo, suaminya kelak.
Sebagai sosok ibu yang disiplin, Dora membesarkan anak-anaknya dalam lingkungan keluarga multikultural dan beragam keyakinan, mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Ia wafat pada 23 Desember 2008 di usia 87 tahun.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Prabowo abadikan nama Ibunda untuk anggrek diplomasi Singapura