Ambon, 5/10 (Antaranews Maluku) - Persatuan Pemuda, Pelajar dan Mahasiswa Damer (P3MD) menggelar pelatihan kepemipinan kepada puluhan generasi muda dari tujuh desa di Kecamatan Damer, Kabupaten Maluku Barat Daya yang sedang menempuh pendidikan di Kota Ambon, Jumat.
Digelar di kawasan Pantai Natsepa, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, sedikitnya ada 50 pelajar SMA dan mahasiswa asal Damer dari berbagai SMA dan perguruan tinggi di Ambon yang ikut serta dalam pelatihan kepemimpinan.
Kegiatan yang dijawalkan berlangsung selama dua hari (5 - 6 Oktober 2018) itu mengangkat sejumlah isu terkait perdamaian, merawat toleransi dan keberagaman, berbicara di depan publik, serta bagaimana mengembangkan jurnalisme warga.
Sejumlah narasumber, di antaranya James Pakniany dari Komunitas Bela Indonesia Wilayah Ambon yang juga tokoh P3MD, Georgie Mahuhuwa dari Komunitas Jalan Merawat Perdamaian, dan Wirda Salong dari Peace Generation dihadirkan sebagai narasumber.
James Pakniany dalam kesempatan itu mengatakan, pelatihan kepemimpinan digelar guna mengubah paradigma berpikir generasi muda Damer yang sedang merantau ke Kota Ambon untuk bisa mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, agar tidak kalah bersaing dengan pemuda-pemuda lainnya.
Menjadi generasi yang tangguh, berjiwa pemimpin, mampu menerima perbedaan dan perubahan, sehingga ketika kembali ke kampung halaman dapat ikut mendorong pembangunan masyarakat dan daerah.
Sebab, menurut James, meskipun saat ini masyarakat Damer sudah semakin sadar dengan pentingnya pendidikan tinggi bagi anak-anak mereka, tapi masih ada pemuda-pemuda asal Damer yang putus kuliah dan memilih kembali ke kampung.
"Pelatihan ini untuk mengubah paradigma teman-teman yang juga kebanyakan masih tidak berani `menyeberang` ke komunitas lain, dan belajar hal-hal baru selain di sekolah dan kampus," katanya.
Termasuk kategori daerah 3T (terdepan, terluar dan tertinggal), karena Damer merupakan salah satu pulau kecil di Kabupaten Maluku Barat yang dihuni oleh tujuh desa, yakni Wulur, Kelih, Ilih, Bebar, Kumur, Kuaymelu dan Batumerah. Sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah bertani.
Meski terbilang daerah yang subur dan memiliki potensi sumber daya alam, proses pembangunan di Damer masih terbilang sangat lambat.
Selain pembangunan energi listrik yang tidak selesai dikerjakan, jalan antar kampung juga hampir tidak ada.
Jalan antara desa Wulur ke Kehli misalnya, hanya bisa dihubungkan dengan sebuah jembatan. Akan tetapi jembatan tidak selesai proses pengerjaannya dan menyisahkan rangka-rangka besi yang sudah karatan tergerus usia.
Untuk mencapai Pulau Damer hanya bisa melalui jalur laut dari Kota Ambon selama 18 hingga 20 jam, bahkan tiga hari menggunakan kapal milik Pelni, Sabuk Nusantara 48 dan Sabuk Nusantara 33 dengan ongkos sebesar Rp25.000.
Satu-satunya transportasi laut tercepat dari Ambon - Damer adalah kapal non-Pelni, yakni kapal Santika yang hanya memakan waktu perjalanan sebanyak 16 hingga 18 jam dengan ongkos yang cukup mahal, yakni Rp300.000 per orang.
Sedangkan dari Damer ke Tiakur, ibu kota kabupaten Maluku Barat Daya di Pulau Moa berongkos Rp100.000.
Kendati masih tertinggal, menurut James yang juga dosen di Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Ambon, keterbatasan tidak menjadi halangan bagi masyarakat Damer untuk menyekolahkan anak-anak mereka hingga jenjang pendidikan tinggi.
Saat ini Damer sudah memiliki banyak figur-figur teladan, termasuk tiga orang guru besar, salah satunya adalah Profesor Alohiab Watloly, guru besar ilmu filsafat di Universitas Pattimura Ambon.
"Pulau kami boleh dikatakan tertinggal, tidak ada listrik, pernah dibangun entah kenapa tidak dilanjutkan, tiang-tiang listrik sudah karatan bahkan bangunan PLN sudah dipenuhi tumbuhan perdu, tapi bagi kami tidak cukup hanya menjadi petani, sekolah juga penting," ujar James.
P3MD Ambon gelar latihan kepemimpinan
Jumat, 5 Oktober 2018 20:27 WIB