Meteor Duren Sawit Bukan Lyrids
Kamis, 6 Mei 2010 18:11 WIB
Meteor yang jatuh di Duren Sawit, Jakarta Timur pada 29 April tidak ada kaitannya dengan hujan meteor Lyrids yang terjadi pertengahan April 2010, kata pakar Astronomi LAPAN Prof. Dr. Thomas Djamaluddin.
"Hujan meteor disebabkan oleh debu-debu suatu komet yang berpapasan dengan bumi, ukurannya seperti butiran pasir yang dalam beberapa detik habis terbakar. Selain itu arah dan waktunya sudah tertentu sesuai periode kometnya," katanya, ketika dikonfirmasi dari Jakarta, Kamis.
Menurut dia, meteorit yang jatuh di Duren Sawit merupakan meteor sporadis, yaitu meteor yang waktu dan arah jatuhnya tak tentu dan ukurannya besar, dan karena itu tak habis terbakar hingga mencapai permukaan bumi.
Sesuai hasil analisis struktur kerusakan dan indikasi dari sisa-sisa benda terpapar panas tinggi, disimpulkan bahwa benda yang jatuh menimpa rumah warga di Duren Sawit adalah meteor.
Meteor itu diperkirakan jatuh dari arah barat daya, menghantam tembok barat di bawah atap di lantai dua, lalu mengarah ke arah timur laut ke tembok belakang sebelah timur di dalam rumah.
Djamaluddin menjelaskan, energi meteor ditransfer menjadi tekanan sangat kuat yang melontarkan material rumah dan menimbulkan ledakan dan getaran hebat, membuat genteng-genteng terlempar ke segala arah.
Material di dalam rumah yang tertimpa pun berantakan, pintu terlempar, beberapa bagian tembok dan kolom beton runtuh menimpa rumah di sekitarnya, dan tembok belakang dengan kolom beton yang kuat juga runtuh.
Meskipun meteorit yang jatuh biasanya sudah dingin atau hangat, tetapi ada beberapa kasus meteor yang jatuh masih sangat panas.
Meteorit memasuki bumi dan mulai membara pada ketinggian sekitar 100 km dari muka bumi dengan suhu sangat tinggi. Kecepatannya lebih dari 100.000 km/jam saat memasuki atmosfer dan suhunya mencapai ratusan derajat.