Jakarta (ANTARA) - Sinyal positif kembalinya kegiatan dan industri olahraga semakin muncul terlihat setelah hampir enam bulan lamanya terhenti akibat pandemi COVID-19.
Selama ini, seluruh aktivitas olahraga termasuk pembinaan memang harus dijalani dengan cara-cara yang tak biasa. Cabang olahraga mau tak mau mesti beradaptasi melakukan beragam upaya agar tetap bertahan menjalani pembinaan, meski salah satu caranya harus bermigrasi ke ruang digital.
Meski pandemi, pengurus induk cabang olahraga tetap mewajibkan kepada para atlet untuk tetap berlatih secara mandiri, tentunya dengan supervisi jarak jauh dari masing-masing pelatih.
Langkah tersebut terpaksa ditempuh supaya pembinaan jangan sampai terhenti. Sebab apabila hal itu terjadi, bukan tak mungkin atlet Indonesia akan semakin jauh tertinggal ketika kembali pentas di kancah internasional.
Belum lagi, absennya kejuaraan juga memaksa induk cabang olahraga harus putar otak untuk menciptakan bagaimana agar suasana pertandingan di tempat latihan dapat tetap dirasakan para atlet.
Demi terciptanya suasana kompetisi, tak sedikit induk organisasi cabang olahraga berinovasi menggelar turnamen meski dilakukan di lingkup internal, seperti yang telah dilakukan PBSI.
Pada Juni lalu, PBSI mengadakan turnamen internal mereka sebagai wadah bagi para atlet pelatnas agar bisa tetap bertanding di saat seluruh kejuaraan bulu tangkis internasional terpaksa ditunda maupun dibatalkan.
Tak berhenti sampai di situ, PBSI juga bahkan menyiapkan turnamen simulasi Piala Thomas & Uber pada September ini. Simulasi tersebut bertujuan sebagai ajang persiapan bagi para pemain menjelang kejuaraan beregu paling bergengsi itu yang dijadwalkan Oktober di Aarhus, Denmark.
Hal serupa juga telah diterapkan Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI). Setelah vakum lima bulan lamanya, PABSI akhirnya kembali menguji lifternya lewat tes internal pada Juli lalu.
Pembinaan terus-menerus yang dilakukan PABSI di tengah pandemi pun membuahkan hasil. Pada tes pertama, beberapa lifter menunjukkan progres yang memuaskan. Eko Yuli Irawan, Rizky Juniansyah, dan Windy Cantika Aisah tercatat mampu melampaui rekor Asia maupun dunia.
Pun demikian di tes kedua, para lifter mampu menunjukkan kemajuan yang signifikan meski mereka sebelumnya harus menjalani isolasi dan latihan yang terbatas selama lima bulan lebih berlatih di pelatnas.
Terdekat, para lifter akan kembali diuji membuktikan diri hasil dari latihan di pelatnas selama ini dalam Kejuaraan Dunia Angkat Besi Junior yang untuk pertama kalinya bakal diselenggarakan secara virtual November mendatang.
Namun tak semua cabang olahraga bisa melakukan hal serupa karena beberapa alasan yang tak dapat dihindari. Sejumlah induk organisasi olahraga terlalu khawatir dengan situasi pandemi sehingga memutuskan untuk memulangkan atletnya ke kampung halamannya masing-masing.
Beralih ke virtual
Di sisi lain, sejumlah cabang olahraga lain terus berusaha untuk tetap merawat kultur kompetisi dengan mengadakan turnamen secara virtual. Kendati tak se-kompetitif biasanya, turnamen virtual dinilai merupakan pilihan terbaik di saat pandemi.
Pengurus Besar Persatuan Menembak Indonesia (PB Perbakin) misalnya, telah melakukan penjaringan atlet muda potensial melalui kejuaraan menembak virtual pada April lalu.
Ada juga Persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa (Persilat) yang berinisiatif menggelar turnamen tingkat internasional bertajuk “Indonesia Open International Virtual Pencak Silat Tournament 2020” pada Agustus lalu. Kejuaraan tersebut menarik minat hingga 400 atlet dari seluruh dunia.
Belum lagi sejumlah turnamen esports yang masih bisa digelar dengan gegap gempita meski dengan maupun tanpa penonton. Esports yang menjadi satu-satunya cabang yang masih eksis di saat pandemi itu seolah hadir menjadi sumber energi bagi pemulihan kegiatan olahraga nasional.
Setidaknya ada dua turnamen esports besar yang tengah berlangsung saat ini. Kedua turnamen tersebut, yaitu Piala Menpora Esports 2020 dan Free Fire Fall Season yang berlangsung mulai Agustus dan sama-sama mengusung konsep turnamen online serta disiarkan secara live streaming.
Upaya tersebut semakin menegaskan bahwa pandemi tak menghilangkan keinginan serta keseriusan untuk berprestasi dari setiap cabang olahraga maupun para atlet di Tanah Air.
Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Gatot S Dewa Broto pun mengapresiasi langkah yang telah dilakukan cabang olahraga untuk memulihkan kegiatan olahraga nasional.
Ia menyatakan bahwa kondisi pandemi memang tak seharusnya mengurangi keseriusan induk cabang olahraga untuk tetap melakukan pembinaan. Apalagi pemerintah juga telah mengeluarkan protokol dan pedoman kegiatan olahraga di saat pandemi.
Gatot mendorong agar induk cabang olahraga bisa berinovasi beradaptasi dengan kondisi serta memastikan agar para atlet tetap semangat mencapai prestasi meski di tengah pandemi yang entah kapan akan reda ini.
“Memang ada pandemi tapi pandemi ini sejauh ini kami monitor tidak mengurangi spirit atau keseriusan dari cabor untuk melakukan pembinaan,” kata Gatot kepada Antara di Jakarta, Senin (7/9).
“Cara boleh beragam. Justru pandemi ini menuntut mereka untuk kreatif dan inovatif,” ujarnya lagi.
Gatot tak menampik bahwa kondisi pandemi membuat pembinaan yang dilakukan saat ini jauh dari kata ideal. Namun bagaimanapun, kata dia, seluruh elemen olahraga jangan sampai dibuat menyerah begitu saja oleh kondisi.
“Jangan sampai mereka menyerah. Yang harus dipahami bahwa negara lain pun mengalami hal yang sama. Jangan sampai ketika (pandemi) surut baru kita bergerak karena di negara manapun pembinaan olahraga terus berjalan,” tuturnya.
Meski pembinaan saat ini sudah mulai kembali berjalan, Gatot mengingatkan agar induk organisasi cabang olahraga, utamanya yang mendapatkan bantuan dana pelatnas, untuk terus melakukan komunikasi dengan Kemenpora seandainya menemui kendala. Pemerintah, kata dia, akan selalu membantu memfasilitasi.
Tak hanya pemerintah, pengaruh kondisi pandemi terhadap pembinaan atlet juga menjadi sorotan legenda bulu tangkis Indonesia Christian Hadinata. Ia melihat bahwa kondisi saat ini justru menjadi waktu yang tepat bagi para pelatih untuk leluasa memperbaiki kelemahan yang dihadapi atletnya. Sehingga mereka lebih percaya diri untuk bersaing meraih medali pada ajang SEA Games, Asian Games hingga Olimpiade.
“Dengan keadaan sekarang ada waktu untuk memperbaiki kelemahan yang dihadapi oleh atlet. Karena kalau kondisi normal waktunya sangat sedikit,” kata juara All England 1972 dan 1973 itu dalam bincang media PB Djarum, Senin (7/9).
Geliat kompetisi
Jangka pendeknya, hasil dari pembinaan atlet selama pandemi bakal terlihat setidaknya pada dua pentas liga elite nasional, yaitu Liga 1 Indonesia dan Liga Bola Basket Indonesia (IBL) yang keduanya akan kembali dimulai pada Oktober mendatang.
Liga 1 Indonesia musim 2020 yang telah dihentikan sejak Maret akhirnya akan kembali dilanjutkan pada 1 Oktober 2020 hingga 28 Februari 2021. Kompetisi nantinya dipusatkan di Pulau Jawa.
Sementara IBL dijadwalkan kembali memutar kompetisinya pada 13-27 Oktober di Mahaka Square Arena Kelapa Gading, Jakarta Utara setelah tertangguhkan sejak Maret akibat pandemi COVID-19.
Meski digelar tanpa penonton, geliat kembalinya kompetisi dua pentas olahraga nasional tersebut diharapkan bisa menjadi energi bangsa di kala pandemi.
Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB) Akhmad Hadian Lukita mengatakan bahwa dukungan pemerintah untuk menggulirkan kembali kompetisi sepak bola nasional menjadi sinyal positif kala pandemi COVID-19.
"Perhatian pemerintah itu menjadi 'cambuk' bagi pelaku sepak bola secara keseluruhan bahwa sepak bola bisa menjadi pemicu positif di tengah pandemi yang masih terjadi," ujar Akhad Hadian kepada Antara di Jakarta, Senin (7/9).
Direktur Utama IBL Junas Miradiarsyah juga turut mengapresiasi upaya BNPB dan gugus tugas pengamanan COVID-19 yang selama ini berperan penting dalam memberikan masukan serta arahan demi terwujudnya rencana kelanjutan IBL musim ini.
“Gugus tugas sangat responsif dan suportif. Kalau memang ada yang perlu dibantu akan dibantu secara teknis,” kata Junas.
Seiring waktu, kegiatan olahraga nasional pun pada akhirnya perlahan bangkit tak mau menyerah "disuntik mati" oleh pandemi. Hal itu semakin menegaskan bahwa olahraga perlu mendapatkan perhatian khusus dalam penanganan situasi pandemi COVID-19.
Terlepas dari apakah olahraga merupakan sektor prioritas atau bukan, olahraga bagaimanapun nyatanya tetap diyakini dapat menjadi pelipur lara untuk melupakan sejenak situasi sulit tak menentu saat ini.