Ternate (ANTARA) - Pengelola Usaha Kecil Menengah (UKM) disabilitas membutuhkan dukungan modal dari pemerintah kota (Pemkot) setempat dalam pengembangan bisnis yang mereka rintis.
"Saat ini perhatian instansi terkait untuk mendukung pengembangan UKM yang dikelola disabilitas sangat miris di kawasan Pulau Halmahera. Rata-rata disabilitas tidak mendapatkan perhatian serius, padahal disabilitas butuh dukungan agar tidak dipandang sebelah mata," kata Nurjannah, salah seorang pelaku usaha disabilitas di Ternate, Sabtu.
Menurutnya, disabilitas sangat membutuhkan dukungan untuk mengembangkan usaha mereka baik itu di bidang ekonomi, seni, maupun berbagai sektor lainnya.
Ia mengatakan kaum disabilitas enggan selalu berpangku tangan dan menunggu bantuan dermawan untuk kebutuhan bertahan hidup dan ingin berusaha namun butuh dukungan dan perhatian serius dari pemda setempat.
Ia mengatakan lebih dari 800 orang disabilitas di Ternate butuh perhatian dalam pengembangan usaha, terutama dalam usaha yang mereka rintis berupa pemanfaatan batok kelapa, menjahit, dan seni.
Nurjannah sendiri mengakui dirinya masuk binaan Pertamina MOR VIII dan meraih juara 2 nasional dalam ajang bergengsi Local Hero Awards 2020 kategori Kemitraan yang diselenggarakan oleh PT Pertamina.
"Sebagai pelaku usaha UMKM yang menjadi mitra binaan dari Pertamina MOR VIII dan seorang perempuan dengan disabilitas dan pelaku usaha kecil menengah dengan keterbatasan, tetap bersemangat membuka lapangan pekerjaan bagi 20 difabel di Kota Ternate. Usaha milik saya diberi nama Serba Usaha Ternate Local Product, yang terdiri dari usaha kuliner khas daerah dan kerajinan tangan serta produk ecoprint," kata Nurjannah.
Ia mengatakan LPK Serba Usaha yang ia rintis sejak 2013 telah membuka pelatihan menjahit dan kerajinan gratis untuk difabel dengan menerapkan sistem subsidi silang. Biaya kursus dari kelompok istri pejabat atau orang mampu lainnya ia pergunakan untuk menutup biaya kursus dari teman-teman dengan disabilitas.
Hingga saat ini muridnya mencapai 203 orang dengan 83 penyandang disabilitas dan 120 orang tanpa disabilitas.
Nurjannah mengabdikan dirinya sebagai guru di salah satu SLB di Sofifi, kota kecil di seberang Ternate dari 2013 hingga tahun 2018. Hingga saat ini ia aktif menjadi penerjemah dalam berbagai sosialisasi pencegahan narkoba dan sosialisasi pemilu bagi difabel.