Ada kalimat bijak bahwa kerja keras dan perjuangan seseorang tidak akan mengkhianati hasil. Kisah orang biasa berikut ini bisa menjadi sebuah inspirasi, ketika sejumlah pedagang keliling di Kabupaten Lebak, Banten mampu menopang biaya pendidikan hingga bisa meluluskan anak mereka menyandang gelar sarjana.
"Kami merasa bahagia setelah anak kami bernama Aldi diwisuda dan kini bergelar sarjana ekonomi," kata Lani Yuliana (45), seorang pedagang sayur keliling, warga Palaton, Kabupaten Lebak, Senin.
Perjuangan untuk meluluskan anaknya itu hingga menjadi sarjana begitu panjang perjalanan selama 15 tahun berjualan keliling.
Pagi buta setelah Shalat Subuh, Lani sudah berangkat ke Pasar Rangkasbitung untuk berbelanja aneka sayuran, dan pukul 07.00 WIB berkeliling masuk kampung keluar kampung di Rangkasbitung.
"Kami berjualan demi keluarga dan pendidikan anak, dan jangan sampai nasib anak seperti orangtuanya," katanya menjelaskan.
Menurut dia, dirinya cukup bahagia anaknya kini diterima bekerja di perusahaan Astra di Tangerang, bahkan awal Juli 2021 pertama kali menerima gaji sebesar Rp6,5 juta.
Baca juga: Kisah inspiratif, Kelumpuhan tak halangi Rana untuk buat motor khusus difabel
Baca juga: Kisah inspiratif, Kelumpuhan tak halangi Rana untuk buat motor khusus difabel
Keberhasilan anak menyandang sarjana, kata dia, berawal kesulitan ekonomi keluarga, mengingat pendapatan suami sebagai petugas pengamanan tidak mencukupi untuk kebutuhan makan dan biaya pendidikan anak.
Karena itu, dirinya hanya bermodal Rp800 ribu memilih berjualan sayuran keliling dan sampai kini masih bertahan.
Sebelumnya, kata dia, dirinya berjalan kaki hingga menempuh puluhan kilometer, namun kini menggunakan sepeda motor.
"Kami bisa meraup keuntungan berjualan sayuran berkisar antara Rp75 ribu sampai Rp100 ribu per hari. Pendapatan sebesar itu bisa menyisihkan untuk biaya pendidikan anak," katanya menjelaskan.
Baca juga: Kehidupan untuk orang rimba, bertahan saat hujan makin gundul
Baca juga: Kehidupan untuk orang rimba, bertahan saat hujan makin gundul
Begitu juga pedagang keliling lainnya, Mbak Endo (55), warga Rangkasbitung mengaku dirinya selama 30 tahun berjualan jamu keliling hingga dua putrinya menyandang gelar sarjana.
Kedua anaknya lulusan perguruan tinggi negeri di Semarang, Jawa Tengah, dan kini sudah bekerja sebagai pengajar di SMA Kabupaten Lebak.
"Kami berjualan jamu keliling pulang ke rumah bisa meraup keuntungan bersih Rp100 ribu per hari, dan tidak terdampak COVID-19, " katanya menjelaskan.
Maryati (50), seorang pedagang warga Rangkasbitung mengatakan selama wabah Corona pendapatan dari berdagang sayur keliling meningkat dua kali lipat.
Baca juga: Kisah inspiratif, jaga kearifan lokal melalui destinasi Baliem Waga-waga Timika
Baca juga: Kisah inspiratif, jaga kearifan lokal melalui destinasi Baliem Waga-waga Timika
Kami berjualan sayuran itu ke perumahan-perumahan dengan menggowes becak dan modal Rp1,5 juta bisa meraup keuntungan Rp150 ribu per hari," kata Maryati sambil menyatakan putranya berhasil menyandang gelar sarjana pertanian.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Yudawati mengatakan Pemerintah telah menyalurkan permodalan untuk pedagang keliling melalui program bantuan produktif usaha mikro (BPUM) sebesar Rp2,4 juta per KK.
Penyaluran bantuan modal itu menjalin kerja sama dengan BRI Rangkasbitung.
"Kami menyalurkan bantuan Program BPUM sebanyak 13.600 pelaku unit usaha, termasuk pedagang keliling," katanya pula.
Baca juga: Kisah inspiratif, "nagari fotokopi" karena warganya sukses usaha itu
Baca juga: Kisah inspiratif, dari usaha rumahan Maspion jadi produk lokal se-Indonesia
Baca juga: Kisah inspiratif, "nagari fotokopi" karena warganya sukses usaha itu
Baca juga: Kisah inspiratif, dari usaha rumahan Maspion jadi produk lokal se-Indonesia