Pengamat politik Agus Sutisna menyebutkan pilihan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sangat tepat mendampingi Anies Baswedan pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
"Adapun, pilihan tepat dan tidak tepat, apakah di pengujung kemenangan belum tentu juga. Dalam kondisi sekarang Cak Imin sebagai calon wakil presiden (cawapres) berpasangan dengan calon presiden (capres) Anies pilihan sangat tepat," kata Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Tangerang saat dihubungi di Lebak, Sabtu.
Menurut dia, apabila pasangan Anies - Cak Imin itu jadi sebagai capres dan cawapres pada pilpres 2024 dengan melihat figur Anies yang mewakili ide-ide perubahan besar.
Dimana kekuatan Anies ada di situ yang juga seorang akademisi, pemikir, intelektual dan memiliki integritas tinggi dikombinasikan dengan target realistis kemenangan yang dimiliki Cak Imin.
Anies Baswedan juga seorang politisi dan pernah menjabat di pemerintahan sebagai menteri dan gubernur dipadukan dengan Cak Imin yang berpengalaman di parlemen juga di pemerintahan sekaligus ketua partai menengah dan memiliki basis konsituen besar.
Baca juga: Gus Falah yakin suara Nahdiyin tidak otomatis dukung Anies-Muhaimin
Kekuatan itulah, Anies - Cak Imin memiliki potensi kemenangan nyata, tetapi dengan catatan Cak Imin harus memaksimalkan PKB dan massa Nahdliyin yang lebih besar
"Saya kira siapa pun yang maju di Pilpres targetnya pasti menang, bukan sekedar mengumbar ide-ide. Sehebat apapun gagasan, visi misi program tapi tidak didukung kalkulasi menang-kalah yang akurat percuma saja," jelas Agus.
Agus juga mengatakan pertimbangan pilihan Surya Paloh itu sangat realistis, pantas dan tepat duet Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar pada Pilpres 2024.
Kedua pasangan tersebut bisa memadukan dua kelompok yang mewakilinya, sosok Anies mempresentasikan gagasan - gagasan ide yang besar, sedangkan Cak Imin mempresentasikan realistis kemenangan.
Dengan demikian, pilihan Surya Paloh itu ada dua alasan yang lebih penting memilih Cak Imin dibandingkan Agus Harimurti Yudhoyono ( AHY), meski awalnya bergabung dengan Koalisi Perubahan untuk Persatuan.
Baca juga: Anies-Cak Imin dan ujian politik untuk tetap adem
Pertama potensi kelebihan Cak Imin berdasarkan hasil berbagai lembaga survei terkuat elektoral perolehan suara di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Selain itu juga kedua dibelakang Ketua PKB ada massa besar dari organisasi NU yakni kalangan Nahdliyin yang anggotanya di Indonesia mencapai 150 juta dan jika potensi angka ini dimaksimalkan cukup luar biasa.
Oleh karena itu, pasangan kedua figur Anies - Cak Imin cukup bagus, sebab Pak Anies memiliki konsituen sendiri, simpatisan, pemilih dan pendukung sendiri juga sama dengan dimiliki Muhaimin Iskandar.
Sementara jika dipasangkan Anies - AHY tipikal pemilihnya relatif sama dan tidak akan mendapatkan insentif elektoral bagi Anies.
Namun, jika dipasangkan Anies - Cak Imin dengan tipikal pemilihnya berbeda sangat memungkinkan sebuah kekuatan besar dengan catatan potensi PKB dan massa yang besar kalangan Nahdliyin dapat dimaksimalkan sehingga memperoleh suara luar biasa.
"Meski tidak semua Nahdliyin itu memilih PKB,namun ada juga ke PDI Perjuangan," kata Agus menambahkan.
Baca juga: Ketum PAN soal Cak Imin pindah ke Anies: Belok "enggak" kasih sein