Pantai Liang Kebanjiran Pengunjung
Minggu, 2 Januari 2011 15:24 WIB
Pantai Liang atau Hunimua di daerah Salahutu, Pulau Ambon, Minggu, kebanjiran pengunjung yang ingin menikmati pesona pasir putih dan keindahan bawah laut di tempat rekreasi berlatarbelakang Pulau Seram itu.
Pantauan ANTARA, para pengunjung dari kota Ambon dan sekitarnya, sejumlah wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia maupun asing terlihat sejak Minggu pagi hingga siang berdatangan ke sana.
Sebagian besar pengunjung datang secara berkelompok memanfaatkan jasa transportasi umum (disewa), taksi dan sepeda motor.
Sepeda motor saat memasuki kawasan pantai Liang yang menempati peringkat pertama terindah di Indonesia berdasarkan hasil penelitian Badan PBB yang mengurusi pembangunan global (UNDP) pada 1990 dikenakan tarif Rp5.000, sedangkan kenderaan roda empat Rp10.000 dengan penumpang masing - masing Rp2.000.
Pengunjung yang umumnya penduduk kota Ambon rela menempuh perjalanan hingga ke Liang sekitar 40 kilometer.
Pantai Liang berubah menjadi arena reakreasi dengan diperagakannya tari poco - poco oleh sejumlah kelompok sehingga menarik pengunjung lain bergoyang mengikuti irama lagu diputar dari tape recorder.
Seorang warga Sorong, Papua Barat Ria Seipatiratu mengungkapkan kekagumannya terhadap pesona pasir putih, keasrian pantai dan pesowa bawah laut pantai Liang.
"Saya sering ke pantai Natsepa, tapi Liang memiliki pesona khusus yang sungguh menggugah hati, terutama saat berenang di air bersih dengan panorama pulau Seram terlihat menghijau dari kejauhan," ujarnya.
Pengunjung yang membludak di pantai Liang menambah rezeki kepada para pedagang rusak maupun makanan lainnya di sana.
Ny.Tija Samual mengatakan hasil menjual rujak dengan harga Rp8.000 - Rp10.000 per porsi dia mendapatkan keuntungan Rp250.000 - Rp350.000.
"Rezeki memang bila saat libur karena penghasil menjual rujak dan ketela pohon maupun pisang goreng Rp1.000 per potong tiga kali lipat dari hari biasa," katanya.
Kepala Desa Liang, Abdul Razaq Opier, mengatakan, pihaknya intensif mengawasi kegiatan penggunaan bom ikan karena mengancam populasi maupun habitat biota laut lainnya di pantai Hunimua.
"Koral, terumbu karang dan kekayaan bawah laut Pantai Liang, terancam rusak akibat ulah oknum-oknum yang menggunakan bahan peledak berupa bom ikan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab," katanya.
Abdul Razaq mengungkapkan, tindakan pengrusakan bukan hanya menggunakan bom ikan, melainkan juga linggis yang dipakai untuk mencongkel kerang-kerangan dari dalam karang.
"Kami berkoordinasi dengan polisi telah menyampaikan kepada oknum-oknum tersebut agar penggunaan linggis dihentikan hanya untuk mendapatkan kerang-kerangan, karena dapat merusak karang," ujarnya.
Selain itu, masyarakat diimbau agar tidak menggunakan potasium dan sejenisnya untuk mengambil ikan hias.
Di lokasi objek wisata lain seperti pantai Natsepa di Desa Suli, belut pemakan telur ayam di desa Waai dan permandian air panas di Dusun Hurnala, Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu juga kebanjiran pengunjung.