Saumlaki, Kepulauan Tanimbar (ANTARA) - Jajaran TNI AD di Komando Distrik Militer (Kodim) 1507/Saumlaki membantu penanganan kasus kekerdilan pada anak berkolaborasi dengan Puskesmas Saumlaki menggelar "Serbuan Stunting" di Desa Lermatang, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku.
Dandim 1507/Saumlaki Letkol Inf Didik Teguh Waluyo di Saumlaki, Maluku, Sabtu, mengatakan Desa Lermatang masuk dalam lokus stunting karena angka kekerdilan pada anak di desa ini terbilang cukup tinggi melebihi desa-desa lain di wilayah Kabupaten Kepulauan Tanimbar.
"Kegiatan 'Serbuan Stunting' ini adalah tindak lanjut dari perintah pimpinan TNI Angkatan Darat yang bertujuan mengurangi angka stunting. Kegiatan ini telah dimulai pada bulan Mei dan akan berakhir pada bulan Desember 2022," kata Didik.
Desa Lermatang dijadikan lokus "Serbuan Stunting" karena ada 45 anak dan balita penderita kekerdilan. Di desa tersebut masyarakat dilayani oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas Saumlaki serta tim medis dari TNI AD. Selain di Lermatang, pelaksanaan kegiatan ini juga akan di lakukan di Kecamatan Tanimbar Utara dan Kecamatan Selaru.
"Dalam 'Serbuan Stunting' tidak hanya anak-anak Desa Lermatang yang kita layani, tetapi ada juga tujuh anak dan balita dari Desa Bomaki yang kita layani di Balai Desa Lermatang," katanya.
Selain layanan kesehatan, masyarakat juga dapat bantuan bahan makanan untuk anak dan balita berupa susu dan makanan pengganti ASI. Bahan makanan ini telah disediakan oleh Satgas Stunting Maluku, sedangkan Kodim 1507/Saumlaki menyediakan bubur ayam bercampur sayur kelor dan pisang.
"Semoga dengan pemberian makanan bergizi kepada anak dan ibu hamil ini diharapkan stunting dapat ditekan hingga tidak ada lagi anak-anak di desa ini yang mengalami gagal tumbuh," katanya.
Ketua Satgas Pencegahan Stunting di Tanimbar Ismail Nahumarury mengatakan desa yang menjadi sasaran program akan terus mendapat intervensi gizi sehingga bisa terjadi penurunan angka stunting pada tahun ini.
"Dari hasil penelitian kita, faktor yang paling dominan dalam stunting adalah pola asuh orang tua, pola hidup bersih sehat, dan juga perlu mengkonsumsi makanan yang bergizi," kata Ismael.
Selain itu, faktor pernikahan dini juga menyebabkan ibu hamil dalam kondisi yang tidak sehat seperti kekurangan energi kronis sehingga bisa melahirkan anak yang berpotensi stunting.
"Stunting adalah kondisi gagal tumbuh dan gagal kembang yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dan infeksi yang berulang. Kalau ibu kekurangan energi kronik maka dia rentan terhadap penyakit," kata Ismael.
Baca juga: TNI-AD sediakan fasilitas kesehatan dukung BKKBN cepat turunkan stunting