Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2022 dan triwulan IV 2022 akan mencapai 5,2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
"Momentum pertumbuhan ekonomi ini harus terus dijaga," ungkap Menko Airlangga Hartarto dalam acara BNI Investor Daily Summit 2022 di Jakarta, Selasa.
Sejauh ini ia menyebutkan pertumbuhan ekonomi domestik sudah mampu tumbuh di atas lima persen (yoy), yakni pada kuartal kedua tahun ini, dengan beberapa komponen yang membaik.
Berdasarkan komponen pengeluaran pertumbuhan ekonomi, kata dia, konsumsi rumah tangga berhasil tumbuh 5,5 persen (yoy) serta Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 3,07 persen (yoy). Sementara dari komponen lapangan usaha, sektor transportasi meningkat 21,27 persen (yoy), dan industri pengolahan tetap menjadi sumber terbesar pertumbuhan ekonomi nasional.
Dari sektor riil, lanjutnya, neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan tumbuh positif, indeks keyakinan konsumen tercatat di atas 100, serta cadangan devisa tetap kuat sekitar 130 miliar dolar AS. Kondisi tersebut membuktikan bahwa tingkat ketahanan Indonesia relatif tinggi.
Baca juga: Menko Bidang Perekonoian dorong kemudahan akses pembiayaan bagi UMKM
Di sektor keuangan, kata dia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu tumbuh di atas 6 persen, meski nilai tukar rupiah terdepresiasi sebesar 6,5 persen. Namun banyak negara yang mengalami penurunan lebih dalam dari segi mata uang mereka, seperti Inggris yang minus 20 persen.
Sementara dari segi inflasi, Menko Airlangga mengingatkan faktor utama inflasi ada di sektor energi. Adapun penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri akan memberi dampak selama empat bulan terhadap inflasi domestik.
"Dari pengalaman beberapa tahun lalu, terlihat inflasi akan naik selama empat bulan, tetapi akan melandai kembali kemudian," ujar Menko Airlangga Hartarto.
Kendati di sektor energi masih meningkat, ia menuturkan beberapa harga komoditas seperti bawang merah dan aneka cabai relatif menurun harganya, sehingga menjadi shock absorber inflasi di sektor pangan.
Di sisi penanaman modal, kata dia, realisasi investasi mencapai Rp302 triliun pada triwulan II 2022 yang terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) senilai Rp163 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp138 triliun, serta berhasil menciptakan lebih dari 300 ribu tenaga kerja.
"Beberapa lembaga internasional seperti Fitch, S&P, dan lainnya melihat ekonomi Indonesia relatif stabil di tengah banyak negara lainnya yang mengalami penurunan peringkat. Ini sekali lagi menunjukkan fundamental ekonomi kuat dengan pengelolaan keuangan, utang, fiskal, dan moneter yang cukup berhati-hati," kata mantan Menteri Perindustrian itu.
Baca juga: Menko Bidang Perekonomian sebut Forum P20 perlu diarahkan untuk selesaikan tantangan global