Ambon (ANTARA) - Menyebut nama Pulau Banda, akan membawa ingatan banyak orang untuk menguak sejarah bagaimana peran gugusan kepulauan di Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, itu sebagai pusat perhatian dalam perdagangan dan politik Internasional.
Banda terkenal dengan sebutan Banda Neira, sudah lama tersohor sebagai penghasil rempah pala yang harganya melebihi berlian di masa lalu. Keharuman rempah pala dan fuli (kulit pembungkus biji pala) menjadikan gugusan Pulau Banda begitu penting dan menjadi rebutan bangsa Eropa sejak abad ke-15.
Perjanjian Breda yang merupakan kesepakatan antara Inggris dan Belanda pada 1667 atau 355 tahun lalu, menjadi bukti bahwa Kepulauan Banda memegang peranan penting kala itu.
Baca juga: Catatan dari Banda Neira, Sajak Kerinduan yang tersembunyi di Istana Mini
Kesepakatan tersebut terkait penyerahan Manhattan (New York saat ini) kepada Inggris. Kompensasinya, Inggris menyerahkan Pulau Run, salah satu dari tujuh pulau di Banda, kepada Belanda pada 31 Juli 1667, sekaligus mengakhiri perang Anglo–Belanda kedua.
Wisata unggulan
Keberadaan Pulau Banda saat ini, selain termasuk dalam narasi sejarah Jalur Rempah Indonesia, Banda kini juga dikenal sebagai objek wisata sejarah menarik perhatian wisatawan dari berbagai belahan dunia untuk datang berkunjung.
Dinas Pariwisata Provinsi Maluku, kini memperjuangkan Pulau Banda menjadi prioritas objek wisata di tingkat nasional. Dispar Maluku telah menyepakati Banda sebagai destinasi wisata prioritas nasional karena kaya potensi wisata yang lengkap.
Selain termasuk dalam narasi sejarah jalur rempah yang akan diusulkan organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan (Unesco) Perserikatan Bangsa-Bangsa, Banda juga terkenal kaya akan peninggalan bangunan bersejarah, seperti benteng, rumah ibadah, rumah kuno yang masih ditempati warga hingga rumah pengasingan tokoh proklamator.
Selain itu, Banda juga kaya potensi wisata bahari yang sangat menjanjikan, terutama untuk menyelam dan snorkling, melimpahnya potensi perikanan dan biota laut bernilai ekonomis tinggi di pasaran internasional, maupun kekayaan seni budaya yang terbentuk karena akulturasi budaya Melayu, India dan Eropa.
Pengembangan pulau tempat pengasingan Proklamator Muhammad Hatta atau "Bung Hatta" itu sebagai unggulan dan prioritas utama objek wisata, bukan berarti mengesampingkan daerah lain yang juga kaya akan potensi pariwisata.
Baca juga: Akses transportasi pengaruhi peningkatan wisatawan ke pulau Banda
Roadmap
Rencana pengembangan Pulau Banda sebagai tujuan unggulan di mata Pimpinan Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Maluku Bakti Artanta perlu diawali pembuatan peta jalan (road map) pariwisata.
Saat memimpin Ekspedisi Rupiah Berdaulat di Pulau Banda, serta talkshow dengan tema pariwisata Banda berkelanjutan bekerja sama dengan LKBN Antara di Banda Neira, pada 15 Oktober 2022, Bakti menyatakan setuju dan mendukung Banda sebagai objek pariwisata unggulan di Maluku.
Selain keseriusan berbagai pihak, juga perlu segera dibuatkan roadmap pengembangan dalam kurun tiga atau lima tahun sebagai acuan. Roadmap berisi apa saja yang akan dan harus dikerjakan serta parameter yang harus dicapai setiap tahun.
Tentu semua kerja dan upaya pengembangan perlu dilakukan bersama-sama dan simultan, tidak sepotong-sepotong atau terpisah-pisah atau karena ego sektoral. Apalagi Banda menjadi titik sentral yang menghubungkan berbagai wilayah di Maluku.
BI Maluku siap mendukung kegiatan yang dilakukan berbagai komunitas untuk pengembangan pariwisata Pulau Banda, terutama saat ini setelah pandemi COVID-19 berakhir.
Sebagai satu-satunya lembaga yang berwenang mengedarkan uang Rupiah di seluruh wilayah NKRI, Bank Indonesia mendukung berbagai upaya pengembangan, termasuk menyediakan jasa penukaran uang dan sistem pembayaran yang mudah dan lancar di Pulau Banda, sehingga memberikan kenyamanan bertransaksi bagi masyarakat maupun wisatawan Nusantara dan mancanegara yang berkunjung.
Selain itu, bersinergi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk bersama-sama membangun pariwisata Pulau Banda, termasuk menjaga dan melestarikan berbagai peninggalan sejarah yang ada di kepulauan penghasil rempah-rempah pala, kayu manis dan kenari itu.
Baca juga: BI jaga kualitas uang rupiah di Banda Neira, warga antusias tukar uang
Berbagai komunitas dan pegiat pariwisata di Banda juga diajak bergerak bersama mewujudkan tujuan dan misi utama menjadikan pariwisata Pulau Banda semakin maju serta menjadi objek wisata unggulan di Indonesia.
Konektivitas
Sejauh ini, satu-satunya masalah klasik terkait pengembangan Pulau Banda sebagai objek wisata unggulan, yakni adalah konektivitas dari Ambon dan berbagai tempat untuk menjangkau gugusan Kepulauan Banda.
Berbagai upaya mempromosikan dan menjual potensi wisata Pulau Banda, saat ini masih terkendala akses transportasi secara terjadwal, baik pesawat maupun kapal laut, sebagai transportasi utama menghubungkan Banda dengan berbagai tempat, terutama saat puncak musim liburan dan kunjungan wisatawan antara bulan Oktober hingga Desember setiap tahun.
Beberapa wisatawan mancanegara yang sempat dijumpai juga menanyakan kepastian jadwal kapal dari Pulau Banda yang tidak pasti, sehingga harus menunda rencana kunjungan ke daerah lain maupun kepulauan ke negara asalnya.
Alisya (72), wisatawan asal Amerika Serikat, misalnya, mengaku rencana kunjungan ke Banda tertunda beberapa hari karena ketidakpastian jadwal kapal.
Wanita yang masih terlihat enerjik di usia senja dan fasih berbahasa Indonesia itu, mengaku senang dan jatuh cinta dengan Pulau Banda. Dia telah berkunjung ke Banda lebih dari 10 kali dalam kurun beberapa tahun terakhir. Hampir seluruh pulau di Banda telah dikunjunginya.
Bagi Alisya, kecintaannya akan Pulau Banda karena setiap saat bisa bernostalgia dengan sejarah masa lampau yang masih bisa dijumpai di setiap sudut pulau di Banda, terutama bangunan-bangunan tua bersejarah yang masih dijaga dan dirawat warga maupun yang telah ditetapkan sebagai situs sejarah.
Begitu juga masalah kebersihan dan kejernihan laut yang sangat mendukung aktivitas snorkeling dan diving untuk menikmati keindahan bawah laut Pulau Banda yang kaya beragam terumbu karang alami maupun aneka biota laut lainnya. Semua keindahan ini perlu terus dijaga dan dipertahankan sehingga menambah kecintaan wisatawan untuk kembali berkunjung ke Banda.
Jika semua masalah yang dihadapi saat ini dapat teratasi, termasuk transportasi secara terjadwal dan keindahan dan kebersihan laut dijaga dari sampah, maka bukan tidak mungkin Pulau Banda akan menjadi tujuan wisata unggulan yang menarik minat kunjungan wisatawan dari berbagai negara, sekaligus lokomotif bagi kemajuan pembangunan Maluku di masa mendatang.
Baca juga: LKBN Antara lakukan transplantasi karang di Banda Neira