Ternate (ANTARA) - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Maluku Utara menindaklanjuti surat pemberitahuan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) terkait dengan adanya kasus gangguan ginjal akut pada anak.
Ketua IDI Malut, dr Alwia Assagaf di Ternate, Selasa, mengatakan surat pemberitahuan IDI Pusat melalui IDAI terkait gangguan ginjal akut progresif atipikal (GgGAPA) telah diteruskan ke sembilan Pengurus Cabang IDI Kabupaten/Kota di Malut
"Ada sembilan cabang IDI tingkat kabupaten/ kota, yakni Ternate, Tidore, Halsel, Halteng, Haltim, Halut, Sanana, Pulau Morotai, kecuali Taliabu yang dokter-dokternya bergabung ke Cabang Kepulauan Sula telah disampaikan terkait kasus anak gagal ginjal akut," kata dr Alwia.
Baca juga: GPFI dorong evaluasi menyeluruh produk obat
Dia menyebutkan surat pemberitahuan dari IDAI itu di antaranya, hasil investigasi Kementerian Kesehatan RI dan Badan Pengawas Obat dan Makanan RI terkait penyebab Gangguan Ginjal Akut Atipikal Progresif (GgGAPA).
Kemudian, meningkatnya kasus GgGAPA secara cepat, maka IDAI mengimbau tenaga kesehatan dan rumah sakit menghentikan sementara peresepan obat sirop yang diduga terkontaminasi etilen glikol atau etilen glikol sesuai hasil investigasi Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Kedua, bila memerlukan obat sirop khusus, misalnya obat anti epilepsi, atau lainnya yang tidak dapat diganti sediaan lain, konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau konsultan anak dan jika diperlukan, tenaga kesehatan dapat meresepkan obat pengganti yang tidak terdapat dalam daftar dugaan obat terkontaminasi atau dengan jenis sediaan lain seperti suppositoria atau dapat mengganti dengan obat puyer dalam bentuk monoterapi.
"Peresepan obat puyer kemoterapi hanya boleh dilakukan oleh dokter dengan memperhatikan dosis berdasarkan berat badan, kebersihan pembuatan dan tata cara pemberian," katanya.
Baca juga: Kemenkes sampaikan 156 obat sirop boleh diresepkan
Kemudian tenaga kesehatan dihimbau untuk melakukan pemantauan secara ketat terhadap tanda awal GgGAPA baik di rawat inap maupun di rawat jalan, bahkan rumah sakit meningkatkan kewaspadaan deteksi dini GgGAPA dan secara kolaboratif mempersiapkan penanganan kasus GgGAPA.
Selain itu, kata Alwia, disebutkan bahwa bagi masyarakat untuk sementara waktu tidak membeli obat bebas tanpa rekomendasi tenaga kesehatan sampai didapatkan hasil investigasi menyeluruh oleh Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Oleh karena itu, masyarakat hendaknya tetap tenang dan waspada terhadap gejala GgGAPA seperti berkurangnya atau tidak adanya buang air kecil (BAK) secara mendadak. Sebaiknya mengurangi aktivitas anak-anak, khususnya balita, yang memaparkan risiko infeksi (kerumunan, ruang tertutup, tidak menggunakan masker.
Baca juga: DPRD Maluku minta pemerintah awasi ketat obat sirup yang dilarang