Ambon (ANTARA) - Yayasan Pelangi Maluku mendata sebanyak 20 anak usia 14-17 tahun di Ambon kurun waktu dua tahun terakhir terinfeksi HIV dan penyakit menular seksual (PMS).
"Kami temukan anak remaja terinfeksi HIV dan PMS rata-rata Sifilis, kasus ini secara tidak langsung di usia 12-13 tahun, mereka sudah paham seks dan transaksi seks yang tinggi," kata Wakil Direktur Yayasan Pelangi Maluku, Beilinda Souisa, di Ambon, Senin.
Ia menyatakan, puluhan anak tersebut saat ini sementara mendapatkan pengobatan dan pendampingan di Yayasan Pelangi Maluku, didampingi orang tua.
"Mengkonsumsi obat untuk HIV tidak hanya saat sakit dan berhenti setelah sembuh, melainkan seumur hidup, karena itu harus ada kesadaran minum obat setiap hari,"katanya.
Ia mengatakan salah satu penyebab anak di bawah umum melakukan transaksi seks karena tuntutan ekonomi, rasa ingin tahun dan faktor lingkungan, masalah ekonomi dan kurangnya perhatian dari orang tua menjadi faktor penyebab anak terjerumus ke dalam pergaulan bebas, dan berdampak buruk bagi masa depan.
"Ada anak yang kami temukan itu masih 14-17 tahun, dan hampir semua mencoba dan saat tahu hasilnya mereka terus melakukan hal tersebut, padahal ada dampak buruk bagi kesehatan dan masa depan mereka," ujarnya.
Ia menjelaskan, pengawasan orang tua sangat dibutuhkan dalam menjaga generasi bangsa tumbuh menjadi anak yang cerdas, dan sehat serta jauh dari pergaulan bebas.
"Yang terutama anak jangan terlalu dikekang, karena bisa berdampak buruk juga, cukup diawasi dengan taraf normal tapi jangan diberi kebebasan," kata Belinda.
Yayasan Pelangi Maluku mengintensifkan klinik komunitas Candela untuk mendampingi penderita HIV/AIDS di provinsi ini. Klinik Candela fokus untuk komunitas dengan memberikan dukungan bagi penderita agar bisa menerima status sebagai orang dengan HIV/AIDS (ODHA)).
"Di klinik Candela teman-teman komunitas bisa melakukan pemeriksaan dan konseling secara terbuka secara kekeluargaan," ujarnya.