Ambon (Antara Maluku) - Sebanyak 21 desa di Maluku tersebar di Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah dan Seram Bagian Barat mendapat bantuan Proyek Pela Gandong dari dua organisasi PBB yakni ILO dan UNIDO.
Koordinator lokal ILO di Maluku, Irfan Afandi di Ambon Kamis, mengatakan, program yang ditujukan untuk desa-desa bekas konflik sosial pada 1999 itu dimaksudkan untuk membangun Maluku melalui pembangunan perdamaian dan ekonomi berkelanjutan.
"Proyek ini didasari alasan bahwa konflik sosial pada 1999 lalu masih menyisakan trauma bagi masyarakat atau dua kelompok di desa-desa yang bertikai sehingga pembangunan ekonomi lokal tidak berkembang," katanya.
Ia mengatakan, biasanya konflik menyebabkan dua kelompok masyarakat yang bertikai itu tidak berinteraksi sehingga mereka diarahkan untuk tergabung dalam kelompok-kelompok usaha.
Hal itu dimaksudkan agar sasaran pembangunan ekonomi dapat terlaksana dengan baik karena ada penguatan dari kelompok-kelompok yang dulunya bertikai karena isu sara itu.
Selain itu, banyaknya pengangguran di desa-desa di Maluku turut mendorong pula digagasnya Proyek Pela Gandong yang nama sebenarya merealisasikan standar kehidupan minimal bagi rakyat Maluku melalui pembangunan ekonomi dan perdamaian yang berkelanjutan.
Irfan mengatakan, proyek yang didanai oleh Pemerintah Jepang itu dimulai sejak Februari 2009 dan akan berakahir pada Desember 2012.
Proyek tersebut berupa bantuan keterampilan untuk kelompok usaha (industri) kecil atau Usaha Kecil Mikro (UKM) yang diajarkan oleh tenaga-tenaga dari UNIDO.
Masyarakat yang dibentuk berkelompok itu diajarkan keterampilan mengolah komoditas lokal seperti pala dan nenas menjadi produk kemasan jus, selai dan lainnya.
Sementera ILO memberikan pelatihan manajemen dan merangsang mereka untuk berwirausaha dari keterampilan industri yang sudah didapat.
"ILO memberikan pelatihan untuk lembaga keuangan mikro. Sementara pemerintah memberikan modal kepada mereka. Modal itu dikelola sendiri secara berkelompok," kata Ifran.
Ia berharap, ketika masyarakat itu tergabung kelompok-kelompok usaha itu mereka bisa saling berinteraksi.
Kelemahan Pasar
Salah satu masalah yang dihadapi pelaku usaha kecil di Maluku adalah promosi produk yang kurang, harga jualnya tinggi karena mahalnya bahan baku dan jangkauan pasar hanya pada skala lokal.
Menanggapi hal itu Ifran mengatakan bahwa kerjsama ILO dan UNIDO di proyek Pela Gandong tidak hanya sebatas memberikan pelatihan atau modal usaha, tapi juga menjangkau pasar.
"Kami sedang merancang satu logo produksi Maluku dan kini menunggu surat keputusan (SK) dari Gubernur, Karel Albert Ralahalu. Diharapkan dengan mencantumkan logo itu nantinya UKM-UKM di daerah ini dapat tersosialisasi," ujarnya.
Dikatakannya, para UKM itu juga akan diikutkan dalam pameran industri nasional di Jakarta pada 30 Maret mendatang dalam rangka melihat peluang pasar dan bernegosiasi dengan calon pembeli.
"Kami sudah berbuat di tingkat lokal. Sekarang waktunya hasil produksi mereka dibawa ke level atas untuk pemasaran," katanya menambahkan.
ILO organisasi di bawah payung PBB yang bergerak di bidang ketenagakerjaan dan UNIDO bergerak di bidang pengembangan industri.