Jakarta (ANTARA) - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra memprediksi rupiah masih berpeluang menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis, karena pengaruh perkembangan ekspektasi bank sentral AS yang segera menghentikan program kenaikan suku bunga acuan untuk memerangi inflasi di AS.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, menguat 0,08 persen atau 12 poin menjadi Rp14.985 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.997 per dolar AS.
"Potensi penguatan ke arah support di sekitar Rp14.930-Rp14.900 per dolar AS dengan potensi resisten di sekitar Rp15.000 per dolar AS hari ini," ucapnya ketika ditanya ANTARA di Jakarta, Kamis.
Saat ini, kata Ariston Tjendra, posisi suku bunga acuan The Fed berkisar 5,00-5,25 persen.
Baca juga: Rupiah pada Selasa pagi naik jadi Rp14.994 per dolar AS
"Kalau Juli ini (suku bunga acuan) naik 25 basis poin, jadi 5,25-5,50 persen," ujar dia.
Dengan tren penurunan data inflasi AS yang terus mendekati kisaran target 2 persen, ditambah sebagian data-data ekonomi AS yang lemah (berdasarkan survei CME Fedwatch Tool) sehingga dapat memicu inflasi, probabilitas Bank Sentral AS akan menahan suku bunga hingga akhir tahun meningkat sebesar 50 persen.
Sementara itu, keadaan dari dalam negeri, lanjut dia, rupiah masih didukung oleh surplus neraca perdagangan bulan Juni 2023 yang melebihi ekspektasi.
"Trade balance yang bulan ini rilis surplus 3,46 miliar dolar AS (dengan) ekspektasi surplus 1,35 miliar dolar AS," ungkap Ariston.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah diprediksi masih berpeluang menguat pada Kamis