Jakarta (ANTARA) - Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (Kadispenau) Marsekal Pertama TNI R. Agung Sasongkojati menyampaikan TNI AU saat ini punya 12 pilot yang dapat menerbangkan seri terbaru Hercules buatan Lockheed Martin, C-130J-30 Super Hercules.
Dia menjelaskan 12 penerbang TNI AU itu sampai saat ini masih menjalani latihan terbang sampai akhirnya mereka memiliki jam terbang yang cukup untuk dapat menerbangkan C-130J-30.
"Mereka latihan setiap hari, terbang, terbang, terbang sampai pada suatu jam tertentu baru mereka dinyatakan bisa terbang," kata Kadispenau menjawab pertanyaan wartawan di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa.
Dia mengatakan penerbang TNI AU perlu membiasakan diri dengan mengikuti rangkaian latihan dalam periode waktu tertentu, karena nantinya saat bertugas mereka juga harus mampu mendarat di tempat-tempat yang landasan pacu-nya pendek.
"Hercules ini bisa landing/mendarat (di landasan pacu yang panjangnya) di bawah 1.000 meter, tetapi tentunya supaya aman kita (mendarat di landasan pacu yang panjangnya) 1.500 meter. Nah untuk itu, tentu kami harus siapkan juga, kalau dia terpaksa berhenti karena sesuatu, kita harus logistik-nya siap, orangnya siap," tutur Kepala Dinas Penerangan TNI AU.
Baca juga: Kemhan serahkan unit ketiga C-130J Super Hercules ke TNI AU
Tidak hanya itu, Agung menjelaskan penerbang Hercules seri terbaru itu juga memiliki tugas yang lebih berat daripada penerbang pesawat Hercules seri yang lama.
"Kalau yang lama, ada 3 orang. Satu cockpit isinya tiga orang. Ada kapten, co-pilot, sama navigator. Kalau sekarang, hanya kapten dan co-pilot. Jadi bebannya lebih berat buat kerjanya. Dia harus menghitung navigasi juga. Meskipun modern, tetapi dia tentu bebannya lebih berat. Dia sudah tidak bisa nanya lagi (ke navigator), tetapi dia jawab sendiri. Dia mengecek itu sendiri. Dia menghitung sendiri buat dia terbang," papar Kadispenau.
Oleh karena itu, meskipun TNI AU per Agustus 2023 ini telah menerima tiga unit C-130J-30 Super Hercules, tiga pesawat itu belum dapat langsung ikut operasi karena ada kebutuhan logistik dan kompetensi personel yang masih perlu dilengkapi.
Terlepas dari itu, Kadispenau menyampaikan kebutuhan-kebutuhan itu bakal segera dipenuhi sehingga C-130J-30 Super Hercules dapat segera membantu tugas-tugas operasi TNI AU.
Baca juga: Prabowo serahkan unit kedua C-130 J Super Hercules ke TNI AU
"Jadi tidak hanya kita terbang ke sini dan ke sana, tetapi juga spare (harus menyediakan) kalau ada sesuatu yang harus disiapkan. Kami menuju itu," ujar R. Agung Sasongkojati.
TNI AU sebelum kedatangan unit pertama C-130J Super Hercules telah mengirim 12 penerbang dan 36 teknisi ke Amerika Serikat untuk mempelajari seluk-beluk penggunaan dan pemeliharaan seri baru Hercules buatan Lockheed Martin itu.
Dari 36 teknisi yang dikirim itu, 30 di antaranya merupakan teknisi khusus avionik dan pemeliharaan pesawat, sementara enam lainnya merupakan load master.
Rangkaian latihan itu berlanjut pada 2 Agustus. Para penerbang TNI AU dari Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdanakusuma, salah satunya Mayor Pnb Ulung Purwodanto, menggunakan unit pertama C-130J Super Hercules A-1339 untuk latihan terbang dengan rute Halim – Ciawi – Cibadak – Babad – Cipunage – Cijayana – Gn. Gede -Ip -Dz/ Wir – Ciamis – Clp – Ca – Ktj/App – Kimon – Elnir – Komit – Hlm – Loc – dan kembali ke Halim.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kadispenau: TNI AU punya 12 penerbang C-130J Super Hercules