Ambon (Antara Maluku) - Realisasi ekspor hasil perikanan Maluku yang dilakukan dari Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tantui Ambon sepanjang Juli 2012 mencapai 4,875 ton dengan nilai 1,568 juta dolar AS.
Negara tujuan ekspor masih didominasi Thailand, Jepang dan Korea Selatan, sedangkan jenis komoditas unggulan yang diekspor adalah udang beku dan ikan beku campuran, kata Kepala PPN Tantui, Friets Lesnussa di Ambon, Selasa.
Ia menjelaskan, dilihat dari volume ekspor selama Juli 2012 yang mencapai 4,875 ton, sedikit menurun jika dibandingkan volume ekspor pada bulan Juni terutama volume yang mencapai 6,786 ton.
Menurutnya, terjadinya penurunan ini juga karena situasi dan kondisi cuaca yang melanda Maluku pada umumnya turut mempengaruhi pelayaran.
Diharapkan kegiatan ekspor pada Agustus akan kembali meningkat terutama volume berkat situasi dan kondisi Kota Ambon dan Maluku pada umumnya yang kembali baik, apalagi ada dua perusahaan yang sudah berhenti beberapa waktu lalu kini satu kembali operasi, yakni PT.Nusantara Fishery.
Menurut dia, PPN Ambon menargetkan kegiatan ekspor hasil perikanan ke luar negeri selama 2012 sebanyak 70,463 ton dengan nilai Rp892,66 miliar. "Itu target yang harus kami capai selama periode 2012," kata Lesnussa.
Ia optimis target itu akan tercapai mengingat kegiatan ekspor yang sudah dilakukan sejak Januari - Juni 2012 volumenya sudah mencapai 37,839 ton. Sedangkan realisasi ekspor yang dilakukan selama tahun 2011 lalu sebanyak 69.627 ton dengan nilai Rp1,660 triliun.
Realisasi ini melampaui target yang ditentukan selama 2011 sebanyak 55.271 ton dengan nilai Rp523,49 miliar. Sedangkan jumlah Perusahaan yang masih beroperasi dan melakukan bongkar muat di PPN Tantui Ambon hingga hari ini tercatat sebanyak 21 Perusahaan Perikanan.
Di antaranya yakni PT Sinar Abadi Cemerlang , PT.Tanggung Mina Nusantara, PT Jaring Mas, dan PT.Bersama Mitra Sejahtera, PT.Samudra Pratama Jaya, PT.Pacifik Glory Lestari, PT.Mabiru Industri, PT.Vinici Inti Lines.
Berikutnya PT Kristalin Eka Lestari, PT Sumber Laut Utama, PT Hadidgo, PT.S & T Mitra Mina Industri, PT Tri Satria Samudera, dan PT.Arabikatama Khatulistiwa.
Lesnussa menambahkan, sebenarnya masih banyak perusahaan yang beroperasi di PPN Ambon, namun karena masalah manajemen, dimana biaya operasi yang dikeluarkan lebih besar dari hasil yang dicapai, terutama biaya untuk pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) menyusul adanya aturan baru bahwa kapal yang digunakan perusahaan perikanan di Indonesia buatan luar negeri tidak lagi mendapat subsidi, katanya.
"Kapal ikan yang mendapat subsidi hanya yang buatan Indonesia dan tidak mempergunakan modal asing, tenaga kerjanya pun orang Indonesia," tambahnya.