Jakarta (ANTARA) - Pakar psikologi Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Weni Endahing Warni mengemukakan kekeliruan orang tua dalam menentukan pola asuh pada anak bisa menyebabkan trauma atau bahkan memunculkan karakter negatif yang tak diinginkan.
"Orang tua mengasuh dengan berbeda karakter tentunya akan muncul coba-coba, ini disebut trial error, boleh trial tapi tak boleh error, jangan sampe coba-coba. Hal ini akan menjadi trauma bagi anak-anak, bahkan tak hanya trauma, karakter yang tak diharapkan juga akan muncul," katanya dalam acara Kelas Orang Tua Hebat Seri 10 disiarkan daring di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan seseorang dikatakan menjadi orang tua, sesaat setelah anak dari orang tersebut lahir, sehingga usia 0-6 tahun merupakan usia keemasan bagi anak.
Ia mengemukakan bahwa mengetahui dan menentukan pola asuh bersama pasangan dalam fase tersebut dinilai penting agar dapat membentuk karakter positif sang anak di kemudian hari.
Dia menyebut ada lima faktor yang memengaruhi perkembangan karakter anak, antara lain bawaan atau keturunan genetik, lingkungan (termasuk tempat tinggal), pola asuh orang tua, stimulasi, serta kecukupan gizi dan pola makan.
Ia menilai bahwa menjadi orang tua sama saja harus terus belajar seumur hidup karena pendidikan khusus untuk menjadi orang tua tak dimuat dalam pendidikan formal.
Oleh karena itu, katanya, cara menyiasati hal tersebut dengan belajar dari pengalaman orang lain.
"Para orang tua bisa belajar pola asuh dari orang tua sebelumnya atau melalui teman," ujarnya.
Dalam menerapkan pola asuh, kata dia, orang tua harus memperhatikan beberapa karakter yang dibutuhkan dalam kehidupan serta harus dibentuk dalam diri anak sedini mungkin.
Karakter-karakter tersebut, antara lain baik hati, sopan, bisa menghadapi tantangan, tidak mudah putus asa, jujur, berani, dan memiliki empati.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Psikolog: Kekeliruan menentukan pola asuh sebabkan trauma pada anak