Ambon (ANTARA) - Nakhoda Kapal Layar Motor Irsal Musliadi (39) mengharapkan adanya bantuan pemulangan ke Dusun Latokdok Timur, Desa Kalao Toa, Kecamatan Pasilambena, Kabupaten Kepulauan Selayar (Sulsel) usai mengalami kecelakaan laut di perairan Kabupaten Maluku Barat Daya.
Musliadi dan anaknya Aditiya (17) bertolak meninggalkan Kecamatan Pasilambena dengan menggunakan kapal kayu KLM Irsal menuju Pulau Wetar, Maluku, untuk mencari telur ikan dan memuat kerbau.
"Sedianya kami akan bertolak kembali menuju Kecamatan Pasilambena hari Jum'at (8/12)," kata Musliadi dalam rilisnya yang diterima di Ambon, Senin.
Rilis nakhoda tersebut disampaikan Fadly Syarif selaku koordinator posko markas rescue team Kabupaten Selayar, (Sulsel) yang berhasil dihubungi korban dari Kabupaten MBD, Maluku.
Dia mengakui saat mengoperasikan mesin kapal, tiba-tiba terjadi gangguan mesin dan bersamaan dengan datangnya gelombang serta angin timur yang menghempas bodi kapal hingga terhempas ke darat dan mengakibatkan kapal hancur berkeping keping.
Beruntung korban bersama puteranya berhasil lolos dari maut dan menyelamatkan diri ke darat.
Dia menuturkan akibat insiden itu hampir tidak ada satu pun barang yang bisa terselamatkan dari atas kapal.
Kekuatan gelombang menyebabkan bagian kamar dan bodi kapal hancur berkeping keping.
Kendati demikian, nakhoda yang dibantu warga berhasil menyelamatkan dua unit mesin kapal yang dievakuasi ke darat bersama sisa bahan bakar solar.
"Tetapi sisa bahan bakar solar yang berhasil diselamatkan habis dijarah," ungkapnya menguraikan kronologis kejadian.
Pasca musibah tersebut, korban dan puteranya terpaksa harus tinggal menempati rumah kebun milik warga bernama Udin asal Pulau Kalao Toa yang sudah sejak lama berdomisili di Desa Ilputih, Kecamatan Wetar, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku.
Korban mengaku sudah sepuluh hari mencoba bertahan hidup dengan berbekal sisa uang yang hanya tinggal Rp30 ribu di kantong.
Bermodalkan bantuan warga dan sisa uang yang di kantong, korban mencoba untuk bergeser meninggalkan Desa Ilputih dan berpindah lokasi ke Desa Masapun untuk mencari jaringan telepon selular dan bantuan pertolongan.
Di tengah keterbatasan finansial yang dimilikinya, Musliadi berharap bisa segera mendapat bantuan fasilitasi pemulangan ke kampung halamannya di Pulau Kalao Toa.