Ambon (Antara Maluku) - Direktur Lembaga Antar Iman Maluku (LAIM) Abidin Wakano menyatakan pihaknya berencana menjadikan Maluku sebagai laboratorium perdamaian.
"Kami sedang membuat permohonan ke beberapa jejaring `founding`, setelah itu barulah duduk bersama-sama dengan pemerintah daerah (pemda) untuk pelaksanaannya," katanya.
Abidin, yang juga Direktur Pusat Mediasi dan Rekonsiliasi Ambon (Ambon Reconciliation and Mediation Center - ARMC) IAIN Ambon, mengatakan Maluku pernah memiliki sejarah kelam konflik horisontal pada 1999, yang menjadikan daerah itu menarik dalam isu konflik dan perdamaian.
Dikatakannya, sejak peristiwa kelam tersebut banyak peneliti maupun pakar dari wilayah lain di Indonesia bahkan luar negeri pun berbondong-bondong ke Maluku untuk meneliti dan melakukan studi tentang konflik dan proses-proses mediasi maupun rekonsiliasi perdamaian di dalam masyarakat setempat.
Hasilnya kemudian diterbitkan dalam berbagai naskah maupun tulisan, sedangkan orang Maluku sendiri yang secara umum pernah menjadi pelaku sekaligus korban kerusuhan berdarah itu dan berusaha kembali bangkit membangun hidupnya, sama sekali tidak memiliki catatan.
Oleh karenanya, gagasan untuk menjadikan Maluku sebagai laboratorium perdamaian dimaksudkan agar masyarakatnya juga memiliki sendiri naskah dan catatan tentang konflik yang dialami, dan proses dan gerakan perdamaian yang mereka lakukan.
"Kami akan menyiapkan situs-situs perdamaian, naskah-naskah yang ditulis oleh anak negeri sendiri yang pernah mengalaminya, bagaimana upaya-upaya kita untuk bangkit setelah terjatuh. Jadi orang lain tidak hanya akan belajar tentang studi konflik dan perdamaian berdasarkan pandangan mereka, tapi dari kita langsung," katanya.
Selain itu, akan disiapkan beberapa komunitas dan pemukiman masyarakat, yang kendati telah mengalami segregasi akibat konflik mampu kembali bermukim dalam satu wilayah, sebagai daerah percontohan perdamaian.
LAIM adalah lembaga non pemerintah yang didirikan oleh para aktivis perdamaian di Ambon pada 2004, hingga kini mereka terus menggiatkan gerakan perdamaian di Maluku.
Baru-baru ini LAIM bekerja sama dengan Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) Yayasan Paramadina menerbitkan buku "Carita Orang Basudara" yang berisi sejumlah naskah tentang upaya menjalin kembali persaudaraan dan perdamaian seusai konflik.
Kumpulan 26 tulisan yang ditulis berdasarkan kisah nyata yang dialami sendiri oleh para penulisnya itu, diluncurkan di Gong Perdamaian Dunia pada 21 Januari 2014.
LAIM Programkan Maluku Jadi Laboratorium Perdamaian
Rabu, 30 April 2014 22:08 WIB