Ambon (ANTARA) - Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Maluku mengutamakan pelestarain hutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan pada program kerja tahun 2025.
“Untuk 2025 anggaran kami sebanyak Rp64 miliar, prioritasnya program ungggulan dalam rangka pelestarain hutan dan peningkatan kesejahteraan hutan,” kata Kepala Dinas Kehutanan Maluku Haikal Baadila di Ambon, Senin.
Hal itu dikatakannya saat dikonfirmasi terkait capaian kinerja anggaran 2024 yang sudah terealisasi sepenuhnya dan menjadi dinas dengan percepatan realisasi tercepat yang mendapat penghargaan oleh Pemprov Maluku.
"Anggaran 2024 jumlahnya Rp54 miliar, sebanyak Rp34 miliar untuk memenuhi belanja pegawai dan sisanya untuk program kegiatan, itu untuk membiayai program kegiatan terkait dengan rehabilitasi hutan dan lahan, pemberdayaan masyarakat sekitar hutan serta pembinaan dan pengawasan terhadap perizinan wilayah kehutanan," ujarnya.
Berkaitan dengan hal itu pada 2025 pihaknya akan melakukan program pemberdayaan masyarakat sekitar hutan dan pelestarian hutan berupa mitigasi, patroli, hingga upaya rehabilitasi hutan.
"Selain itu juga ada program agroforestry dan bantuan alat ekonomi produktif bagi masyarakat sekitar hutan," tuturnya.
Sebagai gambaran, ia menjelaskan bahwa pihaknya memaksimalkan program membangun hutan rakyat untuk menumbuhkan dan meningkatkan budaya menanam pohon pada masyarakat.
“Membangun hutan rakyat itu sederhananya menanam di luar kawasan hutan. Jadi kalau reboisasi kan kita menanam kembali di kawasan hutan, namun untuk hutan rakyat kami galakkan penanaman pohon pada lahan milik masyarakat,” katanya.
Pembuatan hutan rakyat itu telah dilakukan pada 11 kabupaten dan kota di Provinsi Maluku.
Menurut Baadila, fungsi dari hutan rakyat selain menumbuhkan kecintaan menanam pohon pada masyarakat juga sebagai penghasil kayu, buah-buahan, hingga rempah-rempah yang dikelola langsung oleh masyarakat.
“Secara teknik, hutan-hutan rakyat ini pada umumnya berbentuk wanatani, yakni campuran antara pohon-pohonan dengan jenis-jenis tanaman bukan pohon. Baik berupa wanatani sederhana, ataupun wanatani kompleks -agroforest- yang sangat mirip strukturnya dengan hutan alam,” katanya.
Ia mengatakan, hutan rakyat zaman sekarang telah banyak dikelola dengan orientasi komersial, untuk memenuhi kebutuhan pasar komoditas hasil hutan.
Tidak seperti pada masa lampau, utamanya sebelum tahun 1980an, di mana kebanyakan hutan rakyat berorientasi subsisten, untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga petani.
“Kebun-kebun rakyat dalam rupa hutan ini menghasilkan aneka komoditas perdagangan dengan nilai yang beraneka ragam. Terutama hasil-hasil hutan bukan kayu,” katanya.
Ia melanjutkan dari hutan rakyat inilah bermacam-macam jenis getah dan resin, buah-buahan, kulit kayu dan lain-lain, bahkan aneka rempah-rempah juga dapat dihasilkan.
"Kami harapkan agar apa yang telah kami realisasikan bisa bermanfaat bagi masyarakat bukan hanya cepat dalam realisasi anggaran tetapi juga tepat dan bermanfaat," katanya.