Jakarta (ANTARA) - Analis Bank Woori Saudara Rully Nova mengatakan pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi sikap pelaku pasar, mengantisipasi data klaim pengangguran Amerika Serikat (AS) pada malam ini.
“Klaim pengangguran AS mingguan mengalami tren kenaikan untuk periode minggu terakhir Desember. Yang akan rilis nanti malam diperkirakan akan mengalami kenaikan 6 ribu menjadi tembus 230 ribu (dari sebelumnya 214 ribu),” ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Pada hari ini, indeks dolar AS dan yield obligasi AS juga masih berada di level yang tinggi, masing-masing 108 dan 4,6 persen.
Melihat kondisi dalam negeri, kebijakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terbaru yang hanya untuk barang mewah dinilai sudah terlambat karena ekspektasi harga barang di tengah masyarakat sudah terlanjur naik.
“Untuk PPN 12 persen yang terbaru, berakibat pemerintah berpotensi kehilangan pemasukan sekitar Rp70 triliun, yang berarti risiko fiskal menjadi meningkat dan rupiah akan sulit menguat. Salah satu solusinya (agar menjaga kurs rupiah) antara lain penghematan anggaran pengeluaran negara,” ungkap Rully.
Berdasarkan beberapa faktor tersebut, dia memperkirakan nilai tukar rupiah hari ini melemah di kisaran Rp16.120-Rp16.190 per dolar AS.
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi, melemah 71 poin atau 0,44 persen menjadi Rp16.203 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.132 per dolar AS.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah melemah dipengaruhi antisipasi rilis data klaim pengangguran AS