Ambon, 12/11 (Antara Maluku) - Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan provinsi Maluku dr. Meikyal Pontoh memimpin upacara pelepasan jenasah Dionisius Giri Samudra, seorang dokter muda yang meninggal saat menjalankan tugas di Dobo, ibu kota kabupaten Kepulauan Aru pada Rabu (11/11).
Upacara pelepasan jenasah dilakukan secara sederhana di Pelabuhan Yos Sudarso, Kota Tual, Kamis petang, dan dihadiri sejumlah rekan sejawatnya yang bertugas di Kota Tual dan Kabupaten Maluku Tenggara.
Isak tangis rekan sejawat mengiringi keberangkatan jenasah Andra menuju Bandara Karel Satsuitubun, Langgur, Maluku Tenggara untuk selanjutnya diterbangkan dengan pesawat komersil menuju Jakarta, Rabu petang, setelah transit di Bandara Internasional Pattimura Ambon.
Para dokter yang menghadiri upacara pelepasan terlihat memakai pita hitam tanda ikut berduka cita atas meninggal dokter yang baru enam bulan bertugas di Dobo tersebut.
Jenasah Andra yang sedang melaksanakan internship (magang) di RSUD Kota Dobo tersebut tiba dari Dobo menuju Kota Tual sekitar pukul 10.00 WIT, menggunakan transportasi laut, setelah dilakukan ibadah pelepasan di ibu kota kabupaten Kepulauan Aru tersebut.
Jenasah Andra tidak bisa diterbangkan dari Dobo menggunakan pesawat karena transportasi udara di kabupaten tersebut tidak beroperasi sebulan terakhir.
Jenasahnya akan diterbangkan petang ini (Kamis) menuju Jakarta untuk selanjutnya diserahkan ke Kementerian Kesehatan. Setelah itu dilakukan upacara pelepasan yang rencananya dipimpin Menkes Nila F Moeloek, selanjutnya diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan.
Kadis Kesehatan provinsi Maluku dr. Meikyal mengatakan, berdasarkan laporan yang diterima dari pimpinan RSUD Dobo, almarhum Andra meninggal dalam tugas karena menderita penyakit komplikasi, di mana gejawa awal seperti menderita morbili (campak).
"Almarhum Andra baru saja kembali dari Jakarta pada Sabtu (6/11) dan kemudian masuk RSUD, Minggu (7/11) dengan gejala demam tinggi dan timbul bercak-bercak. Setelah dilakukan pemeriksaan intensif ternyata menderita komplikasi," katanya.
Meikyal menambahkan, sebenarnya Pemkab Aru telah berupaya mencarter pesawat milik TNI Angkatan Laut maupun perusahaan untuk mengevakuasi Andra ke Tual atau Kota Ambon untuk memperoleh penanganan lanjutan, tetapi saat pesawat sudah ada pada Rabu (11/11) petang, ternyata dokter tersebut telah meninggal.
Meikyal Pontoh mengaku terpukul dan berduka dengan kematian dokter muda tersebut, karena menjadi "tanda kelam" dunia kesehatan di Maluku.
"Kami sangat terpukul dan berduka dengan kematian Andra. Apalagi saat kondisi kritis almarhum tidak bisa dirujuk ke Tual atau Ambon untuk memperoleh penanganan intensif," katanya.
Dia berharap kematian Andra menjadi pelajaran berharga bagi Pemkab Kepulauan Aru, pemerintah provinsi Maluku maupun pemerintah pusat, khususnya Kementerian Kesehatan untuk lebih memperhatikan nasib para dokter yang bertugas di daerah terpencil dan jauh dari jangkauan sarana transportasi.