Ambon, 18/11 (Antara Maluku) - Pelaksanaan Dialog Pencegahan Radikalisme dan Terorisme bersama media masa yang berlangsung di Kota Ambon, Selasa berlangsung semarak dan menarik perhatian para peserta yang hadir.
Dialog yang diikuti lebih 100 orang itu selain dari kalangan wartawan media cetak maupun elektronik di Kota Ambon ada juga hadir dari kalangan kehumasan beberapa kampus yang ada di Kota Ambon.
Pelaksanaan dialog yang berlangsung sehari dan Panitianya dipercayakan kepada Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Maluku bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Pusat itu dibuka oleh Ketua FKPT Maluku Ibrahim Uluputty.
Uluputty dalam sambutannya mengatakan, kegiatan dialog ini berlangsung di Ambon pada hari ini terjadi pada dua lokasi secara bersamaan yakni dialog radikalisme dan terorisme bersasma media masa yang berlangsung di aula Kantor Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Maluku, dan satu lainnya berlangsung di aula Kampus Universitas Kristen Maluku dengan menghadirkan para tokoh agama, tokoh pemuda dan tokoh masyarakat.
"Sebagaimana diketahui bersama bahwa upaya kita untuk terus menjaga konsistensi kehidupan berbangsa dan bernegara ini merupakan tugas semua komponen guna memeliharanya," ujarnya.
Karena itu , lanjutnya, atas nama BNPT Maluku sangat berterima kasih atas kehadiran beberapa orang staf dari BNPT Pusat yang akan membawa materi.
"Ada empat orang yang dihadirkan oleh FKPT Maluku sebagai pembawa materi pada acara dialog yakni Fachrul Rozy Deputi I BNPT Pusat koordinir media damai yang membawakan materi tentang Kebijakan dan strategi pemerintah dalam penanggulangan radikalisme dan terorisme," ujarnya.
Kemudian Andi Intan Kasubdit Kewaspadaan BNPT Pusat membawakan materi workshop program damai di dunia maya, kemudian H.Shofiyullah Muzammil membawa materi yakni dialog dalam mewujudkan kedamaian dan kerukunan di masyarakat Maluku.
Ketua FKPT Maluku Ibrahim Uluputty mengingatkan kepada para pembawa materi terutama yang datang dari BNPT Pusat bahwa konteks orang Maluku biasanya disebut dengan orang basudara,yaitu hubungan persaudaraan pela gandong.
"Hubungan itu yang memang agak beda dengan daerah-daerah lain di Indonesia dan konterks itulah yang paling akrab di Maluku," ujarnya.
Oleh karena itu dalam menjaga konteks yang demikian maka kegiatan yang dilaksanakan saat ini yang memang sifatnya kekerasan, dan kemudian tidak bisa kita biarkan bahwa kekerasan itu begitu saja berlalu tanpa ada sentuhan.