Ambon (ANTARA) - Badan Informasi Geospasial (BIG) merencanakan pemasangan 280 stasiun pasang surut canggih untuk memperkuat sistem peringatan dini tsunami di Tanah Air hingga akhir tahun 2024.
"Saat ini sudah ada 160 unit stasiun pasang surut di seluruh Indonesia dan akan ditambah 120 unit baru sehingga menjadi 280 unit diakhir tahun 2024," kata Kepala BIG Hasanuddin Zainal Abidin di Ambon, Rabu.
Hasanuddin Zainal berada di Ambon bersama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo dan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati untuk meresmikan lima unit stasiun Pasut di provinsi Maluku yang dipusatkan di Pusat Pendaratan Ikan (PPI) Eri, Kecamatan Nusaniwe, Ambon.
Menurutnya, stasiun pasut yang dipasang di Maluku berupa alat pendeteksi tsunami "tide gauge" yang berfungsi untuk mengukur elevasi muka air serta dilengkapi sensor Global Positioning System (GPS) yang berfungsi mengukur posisi pergerakan tanah.
Dia menegaskan, tide gauge tidak sekedar menjadi alat peringatan dini tsunami, tetapi multi fungsi dan dapat dimanfaatkan sebagai sarana navigasi oleh Perhubungan Laut, pemetaan laut oleh TNI Angkatan Laut, serta perubahan iklim.
"Namun dalam konteks bencana tsunami tide gauge ini bisa menjadi validator ada tidaknya tsunami setelah terjadi gempa," katanya.
Hasanuddin menyatakan dirinya bermimpi di seluruh wilayah Indonesia dapat dipasang 2.000 stasiun pasut, agar memperkuat jaringan sistem peringatan dini tsunami di Indonesia, tetapi semuanya tergantung keuangan negara.
"Jepang yang merupakan negara kecil dan daerah paling rawan gempa dan tsunami saja sudah terpasang 1.400 stasiun pasut. Kalo kita (Indonesia) perlu 2.000 unit," katanya.
Selain itu, pihaknya juga akan membangun 100 unit stasiun pantai di seluruh tanah air hingga menjadi 337 di akhir tahun 2024. Saat ini sudah ada 137 unit stasiun pantai di tanah air.
Khusus di Maluku, tanmabh Hasanuddin dengan peresmian lima stasiun baru tersebut, maka sudah terdapat 14 stasiun Pasut di Maluku diantaranya di PPI Eri Kota Ambon, Amahai, Tehoru dan Pulau Banda (Maluku Tengah), Namrole (Buru Selatan), Namlea (Pulau Buru), Piru (Seram Sagian Barat), pelabuhan Tutu Kembung, Larat dan Saumlaki (kabupaten Kepulauan Tanimbar), Kota Tual serta Bula (Seram bagian Timur).
Banyaknya stasiun Pasut di Maluku dikarenakankan berdasarkan catatan sejarah provinsi ini merupakan salah satu daerah paling rawan bencana gempa, tsunami maupun longsor bawah laut, disebabkan letaknya yang berada di pusat pertemuan tiga subduksi di dunia yakni lempeng Eurasia, Indo-Australia dan lempeng Pasifik.