Jakarta (ANTARA) - Presiden Jokowi menegaskan pembangunan infrastruktur bukan hanya untuk mendirikan bangunan secara fisik tapi juga demi mendorong peradaban baru bagi masyarakat.
"Infrastruktur itu adalah membangun peradaban ini yang sering tidak kita sadari, bahwa infrastruktur membangun peradaban," kata Presiden Joko Widodo di Bandara Kuabang, Maluku Utara, Rabu.
Presiden Jokowi menyampaikan hal tersebut saat meresmikan terminal Bandara Kuabang di kabupaten Halmahera Utara provinsi Maluku Utara.
"Banyak yang bertanya kepada saya kenapa infrastruktur menjadi fokus dalam pembangunan di negara kita Indonesia sekarang ini. Perlu saya sampaikan bahwa infrastruktur bukan hanya fisiknya, tetapi banyak hal yang akan muncul dan berkembang karena dibangunnya infrastruktur," ungkap Presiden.
Dalam peresmian tersebut, Presiden Jokowi juga didampingi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri BUMN Erick Thohir, Gubernur Maluku Utara Abdul Gani Kasuba dan pejabat terkait lainnya.
"Bayangkan misalnya dulu sebelum ada jalan dari Halmahera Utara menuju ke Sofifi kita harus jalan kaki, sekarang setelah jalannya ada berarti bisa naik bus, naik sepeda motor bisa naik mobil, membangun peradaban baru," tambah Presiden.
Ketika bandara hadir di tengah masyarakat, menurut Presiden Jokowi, hal tersebut juga menumbuhkan peradaban baru.
"Misalnya sekarang ada bandara artinya apa? Kita disiplin harus tepat waktu karena datang ke bandara untuk terbang ke kota lain dan jamnya sudah ditentukan kalau tidak akan ditinggal pesawat, itu juga membangun kedisplinan baru, membangun peradaban," ungkap Presiden.
Keberadaan infrastruktur juga menciptakan daya saing sehingga daerah tersebut dapat berkompetisi dengan daerah lainnya.
"Bahwa membangun infrastruktur bukan hanya melulu fisik, tidak, tapi juga membangun sebuah kompetisi, membangun 'competitiveness' daya saing dengan negara-negara lain," tambah Presiden.
Selain itu pembangunan infrastruktur termasuk bandara juga dapat menjadi jalan keadilan sosial serta persatuan dan kesatuan Indonesia.
"Dari Halmahera Utara bisa terbang ke Jakarta, bisa terbang ke Aceh, bisa terbang ke Kalimantan juga bisa terbang ke Timur ke Papua, ini bisa menyatukan," ungkap Presiden.
Presiden Jokowi pun berharap agar Bandara Kuabang dapat memunculkan titik-titik pertumbuhan ekonomi baru meski pada masa pandemi bandara itu hanya beroperasi untuk pesawat "carter".
"Pagi hari ini saya perintahkan kepada Menteri Perhubungan dan dirjen perhubungan udara untuk di aiport Kuabang ini paling tidak secepatnya diusahakan minimal seminggu dua kali 'flight' menuju ke sini sehingga nanti kalau keadaan normal bukanya tidak terlalu kencang, kemudian nanti saat keadaan normal tiga kali sehari," kata Presiden.
Dengan panjang landas pacu 2.400 x 30 meter, Bandara Kuabang dapat didarati oleh pesawat jenis "narrow body".
Terminal penumpang Bandara Kuabang dibangun dengan dana APBN sekitar Rp50,82 miliar dengan luas 3.500 meter persegi yang dapat menampung hingga 160.000 penumpang per tahun.
Bandara ini juga memiliki landasan hubung (taxiway) 100 x 23 meter dan landasan parkir (apron) 157 x 72 meter, yang mampu menampung sebanyak tiga pesawat jenis ATR dan satu pesawat jenis Boeing.
Bandara Kuabang difungsikan sebagai alternatif dari Bandara Sultan Babullah di Ternate yang berlokasi dekat dengan daerah Sofifi sebagai ibukota Provinsi Maluku Utara.
Bandara Kuabang merupakan salah satu pintu masuk melalui udara di Kabupaten Halmahera Utara yang penting untuk membuka aksesibilitas dan konektivitas dari dan ke Kabupaten Halmahera Utara yang memiliki sejumlah destinasi wisata alam dan bahari andalan seperti pantai Luari, taman laut Tupu-Tupu, Tagalaya dan Pawole, laguna Tagalaya, Pulau Kakara, Pulau Bobale, pulau-pulau kecil Loloda dan pantai Panamboang.
Selain itu, bandara ini juga berpotensi melayani orang dan barang, untuk mendukung operasional pertambangan emas yang ada di daerah Gosowong, Kabupaten Halmahera Utara, yang dikelola oleh perusahaan pertambangan PT Nusa Halmahera Minerals.