BKP Programkan Papeda Menu Favorit Hotel
Rabu, 8 Desember 2010 19:17 WIB
Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Maluku programkan papeda, makanan khas orang Maluku, menjadi menu favorit setiap hotel dan restoran di Kota Ambon mulai tahun 2011.
"Untuk melestarikan makanan khas rakyat Maluku ini, kami telah melakukan sosialisasi dan berkoordinasi dengan pihak perhotelan dan restoran agar bisa menyajikan papeda bagi para pengunjung sehingga lebih dikenal secara luas," kata Kepala BKP Maluku, Syuryadi Sabirin, di Ambon, Rabu.
Sabirin mengatakan, sebagian orang sampai hari ini masih menganggap papeda sebagai makanan masyarakat kalangan miskin, sehingga lewat program kerjasama ini dapat mengubah pandangan negatif seperti itu.
"Image ini harus diubah, sebab papeda bukan saja menjadi konsumsi wajib masyarakat ekonomi lemah tetapi menjadi menu favorit semua orang," katanya.
Dia mencontohkan, banyak orang mengenal objek wisata Natsepa yang terletak di Desa Suli, Kecamatan Leihitu, selain pantainya juga karena rujaknya yang lezat, tapi harus diingat kalau Maluku dikenal orang juga karena papeda yang berbahan dasar sagu.
Menurut Sabirin, masuknya papeda di hotel dan restauran akan membawa dampak tingginya permintaan sagu di pasaran sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan ekonomi masyarakat atau petani sagu di daerah ini.
"Akan terjadi peningkatan produksi sagu akibat naiknya permintan, dan dampaknya pengahasilan masyarakat pun ikut terdongkrak," katanya.
Selain dijadikan menu favorit, melalui kerjasama dengan International Fund for Agricultural Development (IFAD), BKP Maluku juga sedang melakukan diversifikasi aneka jenis kue untuk ole-ole, pembuatan mie dan makanan bayi berupa bubur cerelac berbahan dasar tepung sagu.
Selama ini, sagu diolah masyarakat Maluku menjadi bagea, sarut dan embal.
Sabirin menyatakan, program penganekaragaman pangan di Maluku sejak 1980-an sulit berkembang karena adanya anggapan bahan makanan lokal khususnya sagu, hotong dan umbi-umbian merupakan pangan inferior (bermutu rendah) dan kerap djadikan sebagai simbol kemiskinan.
"Dari segi kesehatan, sagu masih lebih unggul dibanding beras karena nilai karbohidratnya tinggi disamping rendah glukosa sehingga berguna mencegah diabtes," kata Suryadi.