Jakarta (ANTARA) - Tinggal menghitung hari, para atlet yang sudah berkumpul di Negeri Sakura Jepang akan memulai pergelaran akbar Olimpiade Tokyo pada 23 Juli hingga 8 Agustus mendatang, termasuk pebulu tangkis Praveen Jordan dan Melati Daeva Oktavianti.
Ganda campuran Indonesia Praveen Jordan/Melati menjadi salah satu andalan di pentas internasional, apalagi mereka telah merebut sejumlah gelar.
Sebut saja, Denmark Open dan French Open 2019, hingga All England 2020 yang berhasil mencatatkan nama Praveen/Melati sebagai juara. Jangan lupa, pasangan yang kerap dijodoh-jodohkan fans mereka karena dinilai sebagai pasangan serasi itu juga berhasil meraih medali emas Sea Games 2019.
Usia mereka pun hanya terpaut satu tahun. Praveen lahir di Bontang, 26 April 1993, sementara Melati lahir di Serang, 28 Oktober 1994. Kini, Praveen/Melati menempati posisi keempat dunia versi Federasi Bulu tangkis Dunia (BWF).
Di Olimpiade Tokyo, mereka menjadi satu-satunya pasangan ganda campuran yang mewakili Indonesia. Praktis, harapan besar masyarakat Indonesia bergantung di pundak kedua atlet yang kerap mendapat sebutan "honey couple" itu agar bisa membawa pulang medali emas.
Jadwal bulu tangkis di Olimpiade Tokyo sudah pula diumumkan, Praveen/Melati bakal memulai perjuangan di Grup C. Mereka tergabung dengan ganda campuran tangguh tuan rumah, Yuta Watanabe/Arisa Higashino, Mathias Christiansen/Alexandra Boje (Denmark), dan Simon Wing Hang Leung/Gronya Somerville (Australia).
Berdasarkan jadwal yang sudah dirilis, Praveen/Melati akan memulai laga di Olimpiade Tokyo melawan Simon/Gronya pada 24 Juli 2021.
Baca juga: Merentang jalan ke Jepang, kisah ANTARA meliput Olimpiade di saat pandemi
Optimisme Praveen/Melati
Melihat hasil undian fase penyisihan grup Olimpiade Tokyo, Praveen/Melati tetap optimistis lolos meski lawan-lawannya tak bisa dianggap enteng. Untuk diketahui, dua posisi terbaik di setiap grup akan melangkah ke babak delapan besar.
"Melihat drawing cukup baik, dalam catatan pertemuan kami belum pernah kalah, tapi ini kan Olimpiade. Jadi, siapapun lawannya tidak boleh lengah," ujar Meli, sapaan karib Melati.
Namun, keduanya tidak ingin terlalu ngotot dan lebih memilih untuk menjalani pertandingan satu persatu secara maksimal, dengan tetap mewaspadai semua calon lawan. Ujian besar di fase grup diprediksi datang dari pasangan tuan rumah Watanabe/Higashino dilihat dari rekam jejak tanding kedua pasangan.
Rekor pertemuan keduanya imbang 2-2, meski dalam dua pertemuan terakhir di China Open 2019 dan BWF World Tour Finals 2019, Praveen/Melati harus mengakui keunggulan lawan.
Sementara melawan Christiansen/Boje, Praveen/Melati unggul rekor pertemuan 2-0. Pertemuan terakhir mereka terjadi di Thailand Open 2021 pada Januari lalu dengan skor kemenangan 21-19, 22-20.
Untuk pasangan Australia, Simon/Gronya yang akan menjadi lawan tanding perdana Praveen/Melati, tercatat belum pernah bertemu sebelumnya. "Mau lawan siapapun harus siap, fokus, dan jaga kondisi. Kami optimistis bisa lolos dari grup ini," tegas Jordan yang akrab disapa Ucok, menunjukkan optimismenya.
Mereka akan berlaga di Musashino Forest Sport Plaza yang menjadi tempat pelaksanaan pertandingan cabang olahraga bulu tangkis Olimpiade Tokyo 2020 pada 24 Juli-2 Agustus mendatang.
Baca juga: Rombongan kedua kontingen Olimpiade bertolak ke Tokyo
Motivasi berkembang
Sebagai pasangan ganda campuran, tentu mereka harus memiliki ikatan chemistry dan motivasi yang kuat untuk saling bersinergi memenangi setiap pertandingan. Soal chemistry, sepertinya keduanya tak perlu diragukan lagi. Karena saking klop dan kompaknya, mereka berdua bahkan sampai kerap disangka berpacaran.
Motivasi Praveen/Melati juga dinilai semakin berkembang menjelang keberangkatan ke Olimpiade Tokyo 2020. Penilaian itu disampaikan langsung oleh pelatih ganda campuran Pelatnas PBSI Cipayung Richard Mainaky. Motivasi itu tumbuh setelah mereka dikalahkan oleh juniornya pada turnamen simulasi, 16-17 Juni lalu.
"Saya merasa makin ke sini, Praveen/Melati makin termotivasi. Contohnya, sekarang Melati setelah selesai program latihan maunya menambah program khusus," ungkapnya.
Begitu pula dengan Praveen yang selalu minta start lebih awal di latihan sorenya. Itu pula yang membuat pria kelahiran Ternate, 23 Januari 1965 tersebut optimistis Praveen/Melati bisa menyumbang prestasi untuk Merah-Putih di Olimpiade Tokyo meski tidak didampinginya.
Bahkan, mereka dipercaya bisa menjadi penerus salah satu anak didik Richard yang menjadi pemain top dunia di sektor ganda campuran, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Owi/Butet) . Dalam proses latihan, Richard mengaku tak ada perubahan yang signifikan dari menu latihan yang diberikan pada Owi/Butet kala membawa pulang medali emas di Olimpiade Rio 2016.
"Untuk menu latihan tidak banyak perubahan dari saat Owi/Butet. Tetapi ada penyesuaian khusus karena setiap individu punya kebutuhan yang berbeda," urai pelatih spesialis ganda campuran itu.
Akankah mereka berhasil membawa pulang emas di Olimpiade Tokyo? Sepatutnya, pecinta olahraga bulu tangkis di Tanah Air juga harus optimistis Praveen/Melati bisa mengharumkan nama bangsa.
Baca juga: Jerman tinggalkan laga persahabatan Olimpiade akibat perilaku rasis, begini penjelasannya
Biodata singkat
Nama : Praveen Jordan
Tempat/Tanggal Lahir : Bontang, Kalimantan Timur, 26 April 1993
Tinggi: 183 cm
Asal Klub : PB Djarum
Nama : Melati Daeva Oktavianti
Tempat/Tanggal Lahir : Serang, Banten, 28 Oktober 1994
Tinggi: 168 cm
Asal Klub : PB Djarum
Baca juga: Waduh, anggota kontingen Olimpiade Ceko positif COVID-19 setiba di Tokyo
Baca juga: Berikut ini deretan petenis top dunia yang mundur dari Olimpiade Tokyo